Bolini Haroan

Jumat, 05 April 2013

Silalahi Nabolak Vs Tolping

SILAHISABUNGAN AYAH LOHO RAJA, TUNGKIR RAJA,SONDI RAJA, DABUTAR RAJA, DABARIBA RAJA, DEBANG RAJA, BATU RAJA, TAMBUN RAJA DAN DEANG NAMORA ADALAH ORANG YANG BERBEDA DENGAN SILAHISABUNGAN AYAH SILALAHI RAJA.

Dalam tulisan ini Raja Silahisabungan patokan hitungan sebagai generasi pertama. Tarombo umumnya berawal dari legenda dan tona, tetapi dapat diterima karena didukung ada fakta dan bukti hidup dari dahulu hingga sekarang maupun ke waktu yang datang. Tetapi bila seseorang atau sekelompok menyatakan Tarombonya atau kelompoknya hanya berdasarkan turi-turian, tona apalagi dialog khayal maka cenderung sepihak memaksakan dan berujung akan ditolak. Banyak keturunan Raja Silahisabungan nama sama tetapi orangnya dan hidup sebagai generasi yang berbeda, seperti di bawah ini. Loho Raja mempunyai 2 orang anak yaitu si Naborno dan si Napuran. 1. Loho Raja (generasi ke-2) anaknya yang pertama si Naborno (generasi ke-3) tidak sama dengan si Naborno (generasi ke-6) di Parbaba anak Baba Raja (generasi ke-5). 2.Loho Raja (generasi ke-2) anaknya yang kedua si Napuran (generasi ke-3) tidak sama dengan si Napuran (generasi ke-6) di Parbaba anak Baba Raja (generasi ke-5). Si Baba Raja keturunan Loho Raja generasi ke-5 pemilik golat dan huta luas di Parbaba-Samosir (pada bulan Juni 2007 sebagian lahan keturunan Baba Raja ini dipakai untuk acara pesta Simbolon sedunia). Si Baba Raja mempunyai anak laki-laki [3] orang yang pertama si Naborno, kedua si Napuran dan ketiga si Napitu. Tulisan ini sekaligus untuk mengkonfirmasi anak Baba Rajalah 3 orang sedangkan Loho Raja adalah 2 orang. Pemberian nama si Naborno dan si Napuran oleh Baba Raja adalah goar mangulahi mengingat opungnya si Naborno dan si Napuran yang dia tinggalkan di Silalahi Nabolak. Anaknya yang ketiga si Napitu juga mengingat ada keturunan [7] opungnya Loho Raja sampai Batu Raja marhaha-maranggi di Silalahi Nabolak, Tambun Raja sudah pergi ke Sibisa. Silalahi Siraja Parmahan keturunan Sondi Raja yang dicuclik suruhan Tuan Sihubil dari Simartaja-Silalahi Nabolak dan setelah dirajahon menjadi anak Tuan Sihubil mendapat golat sangat luas di Balige. Siraja Parmahan di Balige mempunyai anak laki-laki [4] orang berturut-turut dia namai Sihaloho, Sinagiro, Sinabang dan Sinabutar. 1. Sihaloho (Loho Raja) generasi ke-2 anak Raja Silahisabungan tidak sama dengan Sihaloho anak Silalahi Siraja Parmahan (Balige) 2. Sigiro (generasi ke-3) anak Batu Raja (generasi ke-2) tidak sama dengan Sinagiro (Sigiro) anak Silalahi Siraja Parmahan (Balige) 3. Sidebang generasi ke-2 anak ke-6 Raja Silahisabungan tidak sama dengan Sinabang (Sidebang) anak Silalahi Siraja Parmahan (Balige) 4. Sidabutar generasi ke-2 anak ke-4 Raja Silahisabungan tidak sama dengan Sinabutar (Sidabutar) anak Silalahi Siraja Parmahan (Balige). Pada generasi Siraja Parmahan diculik suruhan Tuan Sihubil, orang yang bernama Sihaloho, Sinagiro (Sigiro), Sinabang (Sidebang, Sinabutar (Sidabutar) hanya ada di Silalahi Nabolak tidak ada ditempat manapun termasuk di Tolping atau di Pangururan. Keturunan Siraja Parmahan Sihaloho, Sinagiro, Sinabang, Sinabutar di Balige marga kesatuannya Silalahi. Apa alasan Siraja Parmahan menamai ke-4 anaknya dengan nama-nama opung dan saudaranya yang dia tinggalkan di Silalahi Nabolak dan apa alasan keturunan Siraja Parmahan marga kesatuannya Silalahi karena opungnya Siraja Parmahan lahir dan berasal dari Silalahi Nabolak ? Yang berhak menjawab adalah keturunan Siraja Parmahan, jangan ada pihak luar berinisiatif ngarang cerita khayal atau tarombo mengkait-kaitkan jadi tambah runyam. Sengaja penjelasan 6 nama sama tapi orang yang berbeda diatas disodorkan, supaya memberi kesimpulan awal kepada pembaca terhadap isi penjelasan lebih lanjut dibawah ini. Harus dihargai kegigihan banyak pihak memperbincangkan Tarombo Raja Silahisabungan dan memamfaatkan teknologi Internet untuk menyebarluaskannya. Harus juga diacungi jempol sudah menjadi adat keturunan Raja Silahisabungan demikian holong marinang jala somba marhula-hula seperti dapat dibaca dalam berbagai tulisan dan tanggapan di bang ’s loho WebBlog maupun WebBlog lainnya. Tapi debat dan penjelasan Tarombo Raja Silahisabungan terutama berapa jumlah istrinya, siapa istri pertamanya dan siapa anak sulungnya makin tidak proporsional karena pihak-pihak yang melibatkan diri memberikan penjelasan dan mempertahankan apalagi mendesakkan pandangan hanya mendasarkan dasar tona dan cerita khayal termasuk tulisan TUMARAS. Kadang dalam benak bertanya bagaimana para penulis atau pendongeng ini dapat menuturkan suatu dialog orang yang hidup pada 400 tahun lebih yang lalu. Tona hanya dapat diterima kalau didukung fakta dan bukti yang hidup, nyata dan dapat dikonfirmasi. Keturunan kita kelak tidak akan mau buang-buang waktu bahas dan apalagi bersitegang mendasarkan tona. Biarlah nantinya anak kita bila saling jumpa dan bilang opungku Raja Silahisabungan Makam dan Tugunya di Silalahi Nabolak dan sebaliknya ada yang sebut opungku Raja Silahisabungan Makamnya di Dolok Parmasan-Pangururan, kedua- duanya benar dan tidak perlu dipertentangkan karena Raja Silahisabungan yang dimaksud mereka adalah orang yang berbeda. Tulisan Abdullah Silalahi, SH bertanggal 5 Maret 2003 dengan judul KEBERADAAN MARGA “ SILALAHI” DALAM SILSILAH SILAHISABUNGAN disebarluaskan melalui Internet secara lengkap maupun penggalan serta penjelasan oleh perorangan marga Silalahi Raja dan sebagian keturunan Tambun Raja ”Versi Tolping”. Disisi lain ada keterangan keturunan Loho Raja, Tungkir Raja, Sondi Raja, Dabutar Raja, Dabariba Raja, Debang Raja, Batu Raja dan sebagian Tambun Raja (” Versi si-8 Turpuk”) maka menjadi relevan dengan judul diatas. Menjadi jelas terang dan dapat menjadi pegangan bagi keturunan Raja Silahisabungan anak ke-3 Tuan Sorbadibanua bahwa Silahisabungan ayah Loho Raja, Tungkir Raja, Sondi Raja, Dabutar Raja, Dabariba Raja, Debang Raja, Batu Raja, Tambun Raja dan Deang Namora adalah orang yang berbeda dengan Silahisabungan ayah Silalahi Raja karena didukung perbedaan seperti diuraikan dibawah ini antara lain: 1. Rute Perjalanan Raja Silahisabungan sampai ke Silalahi Nabolak. Versi si-8 Turpuk : Lumban Gorat- Balige, Laguboti, balik arah menuju Bakara, Siogung-ogung, Aek Rangat, Tulas, Bonandolok, Hasinggan, Dolok Sulusulu, Dolok Lahi dan Huta Lahi di Silalahi Nabolak. Versi Tolping: Lumban Gorat-Balige, Laguboti, Sibisa, Tolping, Parbaba, Paropo ke Silalahi Nabolak. Bagi peminat peta, luangkan waktumu membandingkan rute perjalanan ini. 2. Huta Awal Milik Raja Silahisabungan Versi si-8 Turpuk : Silalahi Nabolak semuanya adalah golat dan tanah ulayat keturunan si-8 turpuk, Tao Silalahi naso hahabangan lali terdapat dalam peta dibuat Belanda, budaya Gondang Silalahi, Ulos Silalahi. Di Silalahi Nabolak semua si-8 Turpuk sama-sama mempunyai golat. Nama golat Tambun Raja adalah Panambunan luas melebihi Lumban Silalahi di Tolping atau di Pangururan. Versi Tolping: Tolping, tetapi Tolping bukan seluruhnya atau sebagian besar golat dan tanah ulayat keturunan Silalahi Raja tetapi hanya Lumban dan tidak ada golat Tambun Raja/Tambun Raja. 3. Istri Pertama Raja Silahisabungan Versi si-8 Turpuk: Pinggan Matio boru Padang Batanghari (boru Matanari ?, baca tulisan Antony Matanari) Versi Tolping: Pintahaomasan (awalnya) boru Simbolon, berubah menjadi Boru Nabolon 4. Jumlah istri Raja Silahisabungan Versi si-8 Turpuk: 2 (dua) orang yaitu Pinggan Matio boru Padang Batanghari (boru Matanari ?, Antony Matanari) dan Si Melengeleng boru Mangarerak. Versi Tolping: 3 (tiga) orang yaitu Pintahaomasan boru Nabolon, Pinggan Matio Padang Batanghari dan Si Melengeleng boru Mangarerak . 5. Jumlah Anak dan Anak Sulung Raja Silahisabungan Versi si-8 Turpuk: 8 (delapan) orang yaitu dari istri pertama Pinggan Matio boru Padang Batanghari yaitu Loho Raja (anak sulung), Tungkir Raja, Sondi Raja, Dabutar Raja, Dabariba Raja, Debang Raja, Batu Raja dan perempuan Deang Namora serta Tambun Raja dari istri kedua Si Melengeleng boru Mangarerak Versi Tolping: 9 (dua) orang anak laki yaitu dari istri pertama Pintahaomasan boru Nabolon yaitu Silahi Raja atau Silalahi Raja (anak sulung), dari istri kedua Pinggan Matio boru Padang Batanghari yaitu Loho Raja, Tungkir Raja, Sondi Raja, Dabutar Raja, Dabariba Raja, Debang Raja, Batu Raja dan perempuan Deang Namora serta Tambun Raja dari istri kedua Si Melengeleng boru Mangarerak. Kemudian sejak bulan Juni 2007 terpahat di Tambak di Dolok Parmasan-Pangururan anak Pintahaomasan boru Nabolon sudah bertambah menjadi [2] yaitu Silalahi Raja dan Siboru Marihan. 6. Ibu Yang Menyusui dan Membesarkan Tambun Raja Versi si-8 Turpuk: Pinggan Matio boru Padang Batanghari (boru Matanari, Antony Matanari) di Silalahi Nabolak Versi Tolping: Pintahaomasan boru Nabolon (sekarang) di Tolping 7. Pemberangkatan Tambun Raja ke Sibisa Versi si-8 Turpuk: Dari Simanampang- Silalahi Nabolak setelah Raja Silahisabungan melangsungkan upacara penyampaian Poda Sagu- Sagu Marlangan di Simanampang- Maras, Silalahi Nabolak kepada ke-8 anaknya. Versi Tolping: Setelah Raja Silahisabungan melangsungkan upacara penyampaian Poda Sagu- Sagu Marlangan di Simanampang- Maras, Silalahi Nabolak kepada ke-8 anaknya, kemudian setelah Tambun Raja tiba di Tolping dan selang berapa lama Pintahaomasan boru Nabolon melangsungkan upacara Padan Dengke Nilaean kepada Silahi Raja dan Tambun Raja barulah Tambun Raja berangkat ke Sibisa. Namarpadan/ber-ikrar biasanya berlainan marga dan bukan nasaama (Silahi Raja dan Tambun Raja tidak saama maksudnya ?) 8. Penyebab Kematian Raja Silahisabungan Versi si-8 Turpuk: Umur sudah saur matua, kehendak Tuhan, parmate ni Raja Versi Tolping: Kepergian Tambun Raja, membuat Raja Silahisabungan sangat sedih dan marah (martombo) serta bersumpah memilih mati dan dikubur bukan di Silalahi Nabolak dan bukan pula di Tolping (ndang pangalaho ni raja) 9. Makam Raja Silahisabungan Versi si-8 Turpuk: Di huta Lahi di Silalahi Nabolak huta napinungkana (Raja ibana, tano podoman pe antong tohonan ni Raja ma), Versi Tolping: Di Dolok Parmasan di Pangururan di tanah asing bersama banyak orang lain yang tidak jelas (leanai ate molo Raja Silahisabungan abang kandung ni Siraja Oloan do ibana). Bila Raja Silahisabungan yang dimaksudkan adalah abang kandung si Raja Oloan berarti amangtua kandung Naibaho, dapatkah demikian tega Naibaho membiarkan amangtua kandungnya yang punya kisah perjalanan dan sapardangolan dengan bapaknya Siraja Oloan? 10. Silalahi Siraja Parmahan Versi si-8 Turpuk: Adalah pahompu Sondi Raja yang diculik suruhan Tuan Sihubil dari Simartaja-Silalahi Nabolak Versi Tolping: Adalah anak bungsu Silahi Raja (bernama Siraja Bunga- bunga) yang diculik suruhan Tuan Sihubil dari Tolping. Perjalanan Silahisabungan dari Balige Tuan Sorbadibanua (Naisuanon) dari istri pertama mempunyai anak pertama Sibagotnipohan, kedua Sipaetua, ketiga Silahisabungan, keempat Sirajaoloan dan kelima Siraja Hutalima. Sibagotnipohan anaknya yang pertama bernama Tuan Sihubil dengan marga keturunannya antara lain Tampubolon. Anak kedua bernama Tuan Somanimbil dengan marga keturunannya Siahaan, Simanjuntak dan Hutagaol. Anak ketiga Tuan Dibangarna dengan marga keturunanya antara lain Panjaitan, Silitonga, Siagian dan Sianipar. Anaknya yang keempat bernama Sonak Malela dengan marga keturunannya antara lain Simangunsong dan Marpaung Sejarah atau tarombo Batak mencatat Sipaetua, Silahisabungan dan Sirajaoloan bersepakat meninggalkan saudara mereka Sibagotnipohan di Lumban Gorat- Balige karena tersinggung dan marah kepada abangnya Sibagotnipohan menyelenggarakan pesta tidak menunggu kedatangan Sipaetua, Silahisabungan dan Sirajaoloan yang ditugaskan mencari “Haudolok borotan”, “Jujung buhit panganak ni borotan (hiasan borotan) dan “ Hotang dauarsa tali-tali ni sitogu horbo” ke hutan belantara dalam rangka pesta “mangaliat horbo santi”. Dalam perjalanan Sipaetua, Silahisabungan dan Sirajaoloan meninggalkan Lumban Gorat-Balige tanah kelahiran mereka, Sipaetua memilih tinggal dan menetap di Laguboti dengan keturunannya marga Hutahaen, Aruan, Hutajulu, Sibarani, Sibuea, Pangaribuan dan Hutapea. Jarak Laguboti dan Lumban Gorat-Balige masih jarak dapat dipandang mata, konon walaupun Sipaetua tersinggung kepada abangnya Sibagotnipohan tetapi tidak ada amarah dan sumpah. Silahisabungan dan Sirajaoloan dari Laguboti balik arah melanjutkan perjalanan menyusuri dataran dan gunung sejajar pantai Danau Toba melewati Bakara dan terus ke Siogungogung-Pangururan. Di Siogung-ogung Sirajaoloan akhirnya memilih tinggal dan kawin di Pangururan mempunyai anak Naibaho dan Sihotang. Naibaho adalah marga Bius Sitolu Hae Horbo (marga pemilik tanah dan kerajaan) di Pangururan hingga sekarang ini bersama Simbolon dan Sitanggang. Siogungogung tidaklah subur, tetapi natural beauty tiada bandingannya, karena dari Siogungogung dengan mata memandang dapat melihat liuk-liuk danau toba songon pangeal ni dengke namangolu yang dlindungi hutan hijau Bukit Barisan dan dipayungi dolok Pusut Buhit. Sirajaoloan kemudian meninggalkan Pangururan menuju Bakara (mendekat Balige) kawin lagi mempunyai anak Sinambela, Sihite, Manullang dan Bakara. Jarak Siogungogung apalagi Bakara dengan Lumban Gorat-Balige masih dapat dipandang mata. Sama halnya Sirajaoloan walaupun tersinggung kepada abangnya Sibagotnipohan tetapi tidak ada amarah dan sumpah padanya. Dari Siogungogung Silahisabungan masih melihat asap api di Lumban Gorat-Balige. Silahisabungan karena amarahnya kepada Sibagotnipohan bersumpah dan berketetapan “soara ni takkem naso jadi begeonku jala timpul/timus ni apim naso jadi idaonku, gari lampak ni pisangku molo martudu tuho ingkon tampulonku ” Silahisabungan meneruskan perjalanan menyusuri daratan dan gunung sejajar pantai Danau Toba dengan arah supaya tidak melihat asap api di Balige. Silahisabungan dan Sirajaoloan yang sapardalanan-sapardangolan sebelum berpisah di Siogungogung bersepakat berkomunikasi dengan sarana alam yaitu apabila Sirajaoloan ada ulaon atau kejadian penting agar memberitahukan kepada Silahisabungan dengan membuat asap api, demikian Silahisabungan akan melakukan hal yang sama dari huta yang dipilihnya. Rute perjalanan Silahisabungan dari Siogungogung adalah Aek Rangat, Tulas, Bonandolok, Hasinggan, Dolok Sisulusulu, Dolok Lahi (bukan melalui Parbaba apalagi Paropo) dan tinggal di Huta Lahi di Silalahi Nabolak huta asal-muasal (bonapasogit) seluruh keturunan Silahisabungan dari anak- anaknya yaitu Loho Raja, Tungkir Raja, Sondi Raja, Dabutar Raja, Dabariba Raja, Debang Raja, Batu Raja dan Tambun Raja. Untuk menepati janji kepada Sirajaoloan, Silahisabungan menetapkan Dapdap di Silalahi Nabolak (sampai sekarang juga disebut Silaon Nabolon) tempat membakar membuat asap api untuk berkomunikasi dengan adiknya Sirajaoloan. Siogung-ogung di Pangururan dapat dipandang mata dari Dapdap di Silalahi Nabolak, tetapi Balige dan asap api di Balige sudah tidak tampak. Apa hubungan nama si Lahi Sabungan dengan nama dolok Lahi, huta Lahi, Silalahi Nabolak, Tao Silalahi dan marga Silalahi marga kesatuan anak Siraja Parmahan tentu jangan orang atau kelompok yang bukan merasa marbona pasogit Silalahi Nabolak yang membuat cerita khayal atau dongeng. Sama halnya apa kaitan nama Lumban Silalahi di Tolping, di Pangururan, di Hinalang, di Porsea dengan pomparan Raja Silahisabungan disetempat ya jangan yang diluar mereka lebih tau. Karena kekhususan kisah perjalanan kepergian Silahisabungan dan Sirajaoloan dari Lumban Gorat, maka sesama keturunan Silahisabungan dan Sirajaoloan hingga sekarang ini menyapa marhaha-maranggi terutama Sinambela, Sihite dan Manullang walaupun sudah saling mengawini. Sikap saling hormat dan bersapa layaknya abang-adik ini adalah karena kenangan sapardalanan-sapardangolan yang dipesankan Silahisabungan kepada anak-anaknya dan sebaliknya pesan Sirajaoloan kepada anak-anaknya, Siogungogung di Pangururan dan Dapdap di Silalahi Nabolak (ada ditempat lain ?) menjadi bukti abadi hubungan Silahisabungan dan Sirajaoloan pernah berjanji hingga sekarang ini ada. Walaupun Sibagotnipohan dan Sipaetua adalah abang kandung Silahisabungan dan Sirajaoloan, tetapi tidak pernah keturunan Silahisabungan dan Sirajaoloan menyapa keturunan Sibagotnipohan dan Sipaetua dengan sebutan abang. Dalam keseharian ada sebagian ketururan Silahisabungan menyapa abang khususnya kepada Tampubolon adalah dikarenakan Tuan Sihubil ayah Tampubolon mengangkat anak Silalahi Siraja Parmahan cucu Sondi Raja yang diculik suruhan Tuan Sihubil dari tempat penggembalaan (parmahanan) Simartaja- Silalahi Nabolak. Mengapa keturunan Silahisabungan yang harus diinginkan oleh Tuan Sihubil bukan keturunan Sipaetua dari Laguboti atau keturunan Sirajaoloan dari Bakara yang jaraknya lebih dekat dibandingkan dengan Silalahi Nabolak tidak lain adalah karena kepada Silahisabungan yang bersumpah “ soara ni takkem naso jadi begeonku jala tippul ni apim naso jadi idaonku” Tuan Sihubil harus meminta maaf. Tdak lama setelah Siraja Parmahan dipatortor dan diangkat anak oleh Tuan Sihubil lahirlah Tampubolon (Tampuknabolon, untuk konfirmasi tanyakan hal ini kepada marga Tampubolon agar jangan seperti cerita khayal). Siraja Parmahan mempunyai 4 (empat) orang anak dinamai Sihaloho, Sinagiro, Sinabang, dan Sinabutar (nama-nama inipun tolong tanyakan kepada Silalahi Siraja Parmahan, memastikan bahwa bukan cerita khayal dan tarombo mengkait-kaitkan). Pemberian nama-nama ini mengingatkan dia kepada Saudaranya yang dia tinggalkan di Silalahi Nabolak. Pada generasi Siraja Parmahan nama Sihaloho, Sinagiro (Sigiro), Sinabang (Sidebang) dan Sinabutar (Sidabutar) hanya ada di Silalahi Nabolak tidak ada ditempat lain. Maka bila ada pihak mengklaim Siraja Parmahan sebagai anak Silahi Raja dari Tolping atau dari Pangururan, maka pemberian nama-nama ke-4 anak Siraja Parmahan yaitu Sihaloho, Sinagiro, Sinabang dan Sinabutar sebagai sanggahan hidup hingga saat ini. Sejak awal dan hingga saat ini keturunan Siraja Parmahan menyebut marganya Silalahi apakah karena mengingat huta kelahiran dan asal Opungya Siraja Parmahan adalah dari Silalahi Nabolak ? Siraja Parmahan dan keturunannya di Balige begitu juga keturunan Tambun Raja adalah pemilik golat dan tanah luas (bukan sebatas lumban), memang layak keturunan Silahisabungan pada generasi ini selalu menjadi pemilik golat dan tanah luas. Pada acara adat Tampubolon dan Silalahi Siraja Parmahan saling marsiarisan jambar. Karena kebaikan Tampubolon kepada Siraja Parmahan selaku cucu Sondi Raja maka hampir semua keturunan abang dan adik Sondi Raja bersapa abang kepada Tampubolon. Panggilan abang oleh sebagian keturunan Silahisabungan kepada Tampubolon bukanlah karena hubungan abang-adik Sibagotnipohan dengan Silahisabungan. Sebab bila hubungan ini yang menjadi dasar maka bukan hanya Tampubolon tetapi termasuk kepada keturunan Tuan Somanimbil, Tuan Dibangarna dan Sonak Malela. Maka mengkaitkan-kaitkan tarombo dengan fakta dan bukti bertolak belakang jadi bahan tertawaan dan runyam buat sendiri. Rute perjalanan kepergian Silahisabungan adalah Lumbangorat- Balige, Bakara, Siogungogung- Pangururan, Aek Rangat, Tulas, Bonandolok, Hasinggan, Dolok Sulusulu, Dolok Lahi (yang sebut melalui Parbaba dan Paropo pasti dia tidak tau peta dan tidak pernah ke Silalahi Nabolak dan Paropo dan membuat dongeng khayal) dan akhirnya memilih Huta Lahi di Silalahi Nabolak. Tujuan kepergian Silahisabungan adalah mencari tempat nun jauh sejauh Balige tidak tampak. Bukan mencari wanita dan kawin apalagi berketurunan disuatu tempat dimana Balige masih tampak. Karena kalau Silahisabungan pernah kawin dan menetap disuatu tempat sebelum ke Silalahi Nabolak, maka tempat itu harus seluruhnya atau setidaknya sebagian besar menjadi golat dan tanah milik dan kerajaan keturunan Silasabungan. Kebesaran Raja Silahisabungan juga diwarisi keturunannya termasuk cara pemilikan golat/tano. Silalahi Siraja Parmahan di Balige, Tambun Raja di Balige, Baba Raja Sihaloho di Parbaba dan Tugan Raja Sihaloho di Simartugan-Sumbul dan di Tukka- Barus, keturunan Sihaloho si Napuran di Soping menjadi pemilik tanah dan golat luas bukan karena pauseang atau pemberian karena kedudukan sebagai parboruan, tetapi karena kehebatan/kemampuan diwarisi dari Raja Silahisabungan. Golat dan tano serta luas huta Silahisabungan atau Silahi Raja Versi Tolping di Tolping dan di Pangururan tidak mencerminkan level dan kebesaran Raja Silahisabungan. Legenda perjalanan Silahisabungan diatas didukung petunjuk, fakta dan bukti yang dapat dikonfirmasi bukan hanya dengan intern warga Silahisabungan tetapi juga dengan keturunan Sibagotnipohan, Sipaetua dan terutama Sirajaoloan. Maka kalau ada pihak mengklaim ada yang bernama Silahisabungan kawin disuatu tempat dan makamnya bukan di Silalahi Nabolak, maka pastilah itu bukan Silahisabungan ayah Loho Raja, Tungkir Raja, Sondi Raja, Dabutar Raja, Dabariba Raja, Debang Raja, Batu Raja dan Tambun Raja. Demikian juga halnya bila ada yang mengklaim ada yang bernama Silahisabungan istrinya 3 (tiga) orang, anaknya 9 (sembilan) orang dan belakangan muncul sebutan borunya 2 (dua) maka Silahisabungan tersebut juga pastilah bukan Silahisabungan ayah Loho Raja, Tungkir Raja, Sondi Raja, Dabutar Raja, Dabariba Raja, Debang Raja, Batu Raja dan Tambun Raja. Raja Silahisabungan Seorang Kesatria Bukan Pengecut Semua keturunan Raja Silahisabungan begitu juga keturunan Raja Mangarerak mengakui anak bayi Tambun Raja yang lahir dari anak perempuan Raja Mangarerak yang bernama Simelengeleng boru Mangarerak dibawa pergi oleh Raja Silahisabungan dari Sibisa adalah seorang bayi baru lahir dan masih menyusui. Demikianlah Raja Silahisabungan karena sayangnya kepada anak dagingnya kandung (porlu bilangan jolma do Raja Silahisabungan) membawa serta si bayi ke hutanya Silalahi Nabolak (ke Tolping versi Tolping). Masih versi Tolping (tidak masalah) si Tambun Raja disusui dan dibesarkan oleh Pintahaomasan, dan setelah remaja dia ikut serta dengan ayahnya Raja Silahisabungan ke Silalahi Nabolak. Mari kita iyakan juga (versi Tolping) si Tambun Raja dibawa Raja Silahisabungan ke Silalahi Nabolak setelah remaja. Itulah juga bukti karena demikian sayangnya Raja Silahisabungan dan harus punya hak sebagai anak maka si Tambun Raja dibawa ke Silalahi Nabolak dan dipertemukan dengan istrinya Pinggan Matio serta kepada ke-7 anaknya dan kepada anak perempuannya Deang Namora. Bila yang kita bicarakan adalah Raja Silahisabungan yang sama, dan bila benar sudah ada anaknya Silahi Raja dan istrinya Pintahaomasan di Tolping mengapa tidak pernah dia bawa ke Silalahi Nabolak supaya mendapat hak dan pengakuan selaku anak sama seperti si Tambun Raja dan mengapa Silahi Raja tidak pernah mau ikut bapaknya ke Silalahi Nabolak sama seperti si Tambun Raja ? Atau sebaliknya mengapa Raja Silahisabungan tidak membawa anak-anaknya dan istrinya yang di Silalahi Nabolak berkunjung dan bertemu langsung dengan Pintahaomasan dan Silahi Raja (bila ada) di Tolping. Dari dua hal dijelaskan diatas, apakah seorang Raja Silahisabungan yang sama berkenaan dengan si Tambun Raja adalah seorang Kesatria, tapi sebaliknya apakah ada yang mengiyakan sekaligus Raja Silahisabungan yang sama menjadi seorang Pengecut berkaitan dengan Silahi Raja dan Pintahaomasan (bila benar sudah ada) di Tolping selain Pinggan Matio dan ke7 anaknya di Silalahi Nabolak ? Kalau tulisan Abdullah Silalahi,SH dan kawan-2 perorangan lainnya (Versi Tolping) mereka terima dan pertahankan sebagai salah satu argumentasi, maaf maka mereka sendirilah yang memposisikan Pintahaomasan dan Silahi Raja sebagai istri dan anak aib . Dalam tulisan khayal Abdullah Silalahi,SH dijelaskan lagi bahwa Raja Silahisabungan memberitahukan Silahi Raja di Tolping kepada istri dan anaknya di Silalahi Nabolak. Kembali kita iyakan saja tulisan Abdullah Silalahi,SH ini dan katakanlah Loho Raja dan keturunanya berkepentingan menolak ada anak sulung lain selain Loho Raja. Tapi apakah mulai dari Tungkir Raja sampai Batu Raja dan keturunannya melakukan pembohongan meniadakan Silahi Raja bila benar anak sulung Raja Silahisabungan. Kemampuan dan pengaruh apa yang dimiliki Loho Raja dan keturunannya membungkam ke-6 adiknya dan keturunannya ? Serta untuk mamfaat apa ke-6 adik Loho Raja dan keturunannya menyangkal (bila benar) Silahi Raja sebagai anak Raja Silahisabungan. Bukan menjadi aib baik bagi Raja Silahisabungan dan bagi ke-7 anaknya dan borunya Deang Namora bila benar Silahi Raja adalah anak Raja Silahisabungan, hagabeon do sitorop partubu. Buktinya si Tambun Raja walau lahir dari istri upa hadatuon malah melegenda dan menjadi kebanggaan hingga sekarang, apalagi bila benar Silahi Raja anak sulung (siboan goar). Siapa menerima pendapat dan bahasan yang berlangsung selama ini berarti ikut memperolok-olok Raja Silahisabungan pabuni anak Silahi Raja dan istri Pintahaomasan. Masih dalam tulisan khayal Abdullah Silalahi, SH dan kawan-2 dijelaskan selama si Tambun Raja di Silalahi Nabolak disebutkan disiksa oleh ke-7 hahadolinya hingga tangan si Tambun Raja cidera bahkan hampir dibunuh dan yang mengobati adalah Pintahaomasan. Bila klaim ini adalah cara Silalahi Raja mendiskreditkan marga turpuk Loho Raja sampai Batu Raja anak Pinggan Matio sebaliknya menonjolkan “kebaikan” Pintahaomasan dengan maksud dan tujuan memecah belah hubungan pomparan si Tambun Raja dengan si 7 (pitu) turpuk disisi lain hendak merangkul pomparan si Tambun Raja seperti kejadian tahun 1964 di Balige dan berlanjut hingga sekarang ini, berpulang kepada pomparan si Tambun Raja dan pomparan Silalahi Raja yang menulis dan yang mendukung penulisan demikian. Hi pomparan Tambun Raja kenalilah karakter dasar dan perlakuan keturunan si-7 turpuk adakah mencerminkan seperti klaim Silahi Raja dan person keturunan Tambun Raja tsb? Dijelaskan lagi oleh Abdullah Silalahi, SH dikarenakan siksaan dan cidera yang dialami si Tambun Raja dan kepergiannya ke Sibisa, maka Raja Silahisabungan memutuskan meninggalkan Silalahi Nabolak kemudian tidak mau kembali dan memilih mati dan dikubur ditanah asing di Pangururan, perilaku Raja Silahisabungan yang mana ini ? Pangalaho sipinsangon jala sibursikonon molo mencari pembenaran diri atau kelompok dengan merendahkan harkat orang lain apalagi menghinakan Raja Silahisabungan. Benar kasih sayang Raja Silahisabungan kepada si Tambun Raja demikian besar, tetapi Raja Silahisabungan adalah ayah bagi semua anaknya dan mengambil keputusan menyingkirkan diri, perilaku seorang Ayah dan Rajakah? Bila ada pihak membenarkan cerita/ tona Raja Silahisabungan anak ke-3 Tuan Sorbadibanua mati terbuang dan dikubur di Pangururan, maka sungguh tidak beradat Silalahi Raja terutama Pintahaomasan diceritakan demikian sayang dan menumpahkan segala kasih sayang kepada si Tambun Raja tetapi tidak perduli bahkan mentelantarkan suaminya Raja Silahisabungan mati ditempat asing. Naibaho anak sulung si Raja Oloan semestinya mengetahui dan tidak akan membiarkan amangtuanya mati terlantar ditanah asing atau setidaknya dia antarkan atau beritahukan kehuta Silalahi Nabolak atau ke Tolping barangkali tidak apalah. Bila yang bernama Silahisabungan yang mati dan dikubur di Pangururan itu adalah Raja Silahisabungan seharusnya keturunan Sihaloho Raja sampai Tambun Raja termasuk Silalahi Raja rap renta memindahkan tulang- belulang Raja Silahisabungan ke Huta Silalahi Nabolak atau Huta Tambunan di Balige supaya layak dan sepadan dengan kebesaran nama Raja Silahisabungan atau tidak apalah ke Lumban Silalahi di Tolping asalkan jangan berbaur tulang-belulangnya dengan banyak orang lain di Dolok Paromasan Pangururan. Si Raja Parmahan di Balige mempunyai 4 (empat) orang anak dinamai Sihaloho, Sinagiro, Sinabang dan Sinabutar. Nama keempat anak ini adalah nama mangulahi nama keturunan Raja Silahisabungan yang dia tinggalkan di Silalahi Nabolak yaitu Sihaloho, Sigiro, Sidebang dan Sidabutar (nama-nama atau marga- marga ini tidak ada di Tolping atau di Pangururan pada generasi si Raja Parmahan diculik oleh suruhan Tuan Sihubil). Kemudian marga kesatuan keturunan ke-4 anak si Raja Parmahan ini Silalahi. Versi Tolping mengklaim bahwa si Raja Parmahan di Balige adalah si Raja Bunga-Bunga anak bungsu Silahi Raja yang diculik suruhan Tuan Sihubil. Kalaulah si Raja Parmahan diculik dari Tolping dan anak Silalahi Raja, mengapa si Raja Parmahan menamai anaknya dengan nama- nama atau marga-marga yang ada di Silalahi Nabolak terutama nama Sihaloho. Untuk klaim Silalahi Raja ini lebih tepat keturunan si Raja Parmahan menyikapi untuk supaya tidak makin tambah ruwet. Apakah klaim si Raja Parmahan adalah anak Silalahi Raja ataupun klaim kebaikan Pintahaomasan kepada si Tambun Raja untuk maksud menciptakan poros/blok Silalahi Raja-si Raja Parmahan-si Tambun Raja yang dapat semakin memperbesar jurang perpecahan, dipersilahkan semua pihak terutama pomparan Silalahi Siraja Parmahan dan si Tambun Raja merenungkannya. Simartaja tempat penggembalaan (parmahanan) di Silalahi Nabolak hingga saat ini bukti yang tetap ada dan dari tempat inilah 3 (tiga) orang pomparan Raja Silahisabungan diculik suruhan Tuan Sihubil yaitu cucu Loho Raja bernama Hatoguan, cucu Sondi Raja bernama si Raja Parmahan dan cucu Batu Raja yaitu Silonsing anak dari Sigiro. Di Pangururan sewaktu melewati Tano Ponggol – Pangururan karena dangkal (masih pea-pea) 2 orang yaitu Hatoguan dan Silonsing melompat dan melarikan diri dan hanya 1 orang yaitu si Raja Parmahan yang dapat dibawa ke Balige kemudian dipestakan dan diangkat anak oleh Tuan Sihubil. Simartaja di Silalahi Nabolak adalah golat bersama Sihaloho, Ruma Sondi dan Pintu Batu karena terkait sejarah dan fakta bahwa dari Simartaja lah 3 (tiga) pomparan Raja Silahisabungan diculik suruhan Tuan Sihubil. Hatoguan dan Silonsing yang lepas di Tano Ponggol-Pangururan dan melarikan diri, tentu setiap orang ketemu dia akan menanyakan ise ho dan pomparan ni ise ho (kalau nama yang disebut pasti tidak dikenal penanya). Maka sudah pasti jawabannya pomparan Silahisabungan. Inikah awal mereka digoari/bergelar Silahisabungan, biarlah Silahi Raja yang mencari tau dan menjawab. Kemudian sibergelar Silahisabungan kawin dan punya anak dan dia namai si Lahi Raja, apakah juga karena sibergelar Silahisabungan memberi nama anaknya si Lahi karena mengingat dia lahir di Huta Lahi di Silalahi Nabolak ? Silahkan keturunan Silahi Raja yang mencari tau dan mencari jawab. Baca diawal tulisan ada yang bernama sama yaitu si Naborno, si Napuran, Sinagiro, Sinabang, Sinabutar, Sihaloho tetapi bukan orang yang sama. Walau ada perbedaan intern kita keturunan Raja Silahisabungan khususnya tarombo, tetapi dapat dipastikan semua kita mengakui Raja Silahisabungan adalah Raja yang dihormati bukan hanya oleh keturunannya tetapi juga oleh antara lain Raja Pakpak, Datu Pejel Sibisa, Si Raja Oloan bahkan setelah meninggal sekalipun makamnya masih disinggahi oleh Sisingamangaraja XII setiap kali ke Dairi mampir ke Silalahi Nabolak. Masih dalam sahibul hikayat Abdullah Silalahi,SH dan orang yang seide disebutkan Raja Silahisabungan karena saking sedihnya atas kepergian anaknya si Tambun Raja ke Sibisa (bukan meninggal) dan marahnya kepada 7 (tujuh) anaknya dari istrinya Pinggan Matio (versi Silalahi Raja) dan juga kekecewaan kepada Silalahi Raja karena memberitahu rahasia siapa ibu si Tambun Raja memutuskan mengasingkan diri dan memilih tano hamatean dihuta bukan yang dipungkanya dan bukan pula huta milik keturunannya. Karena si Raja Oloan adalah adik Raja Silahisabungan maka secara umur si Raja Oloan masih hidup pada saat Raja Silahisabungan meninggal, mengapa baik Si Raja Oloan maupun Naibaho membiarkan Raja Silahisabungan seperti orang terbuang/tercampak ? Kembali jangan karena untuk mensesuaikan kehendak harus membuat pihak lain tidak beradat. Paromasan umumnya di Samosir dimiliki oleh masing-masing marga dan arti Paromasan adalah tempat tulang-belulang masyarakat umum yang digali dari kuburan sekitar perkampungan. Bila benar tulang- belulang Raja Silahisabungan ayah Loho Raja sampai Tambun Raja berbaur dengan tulang-belulang lainnya hingga sekarang, malulah dan bertindaklah, jangan bicara hebat pomparan Raja Silahisabungan !!!. Panjouan Pesta Adat Perkawinan Silalahi Raja. Pada suatu pesta adat perkawinan yang diselenggarakan Silalahi Raja di Jakarta, panjouon disebutkan hita Pomparan Raja Silahisabungan Silalahi Raja, anggi doli Tambun Raja dan hahadoli Tampubolon. Untuk patorop parhundul atau kawan bukan hal yang tidak baik, tetapi seperti diketahui namarpadan dengan Tampubolon adalah si Raja Parmahan cucu Sondi Raja dan memang pada umumnya marga Tampubolon (bawa atau boru) langsung respect asal marga keturunan Raja Silahisabungan tanpa kecuali. Karena demikian sayangnya pomparan Tampubolon kepada si Raja Parmahan dan respect kepada marga-marga si 7 (pitu) turpuk, maka sebaliknya marga-marga keturunan si-7 turpuk respect juga kepada Tampubolon. Respect dimaksud adalah dalam pergaulan sehari-hari tidak termasuk pelaksanaan adat, karena tidaklah otomatis padan si Raja Parmahan sebagai pahompu menjadi padan bagi marga opungnya si-7 turpuk apalagi Tambun Raja tidak menganggap. Sebagian pomparan Tambun Raja mengatakan tidak mengetahui ada marga Sihaloho sampai Batu Raja tetapi hanya mengetahui marga Silalahi. Terus terang sedih perasaan mendengarkan pandohan seperti ini dan mohon direnungkan dan dibaca kalimat dalam Poda Sagu-Sagu Marlangan “hamu na pitu” atau apakah ini diingkari seluruh keturunan Tambun Raja silahkan !? Bahwa sebagian pomparan Tambun Raja sejalan dengan Silalahi Raja berseberangan dengan si-7 turpuk ada sebab yaitu kejadian tahun 1964 di Balige. Bahkan karena adanya klaim Tambun Raja pula sehingga sebagian pomparan Tambun Raja tidak setuju pembangunan makam/ tugu Silahisabungan di Silalahi Nabolak dan peresmian di tahun 1981. Sekitar pemakaian marga Silalahi oleh banyak keturunan si-7 turpuk bukan terinspirasi oleh karena kemajuan keturunan Silahi Raja tetap terinspirasi oleh karena kemajuan pendidikan dan sosial-ekonomi keturunan Silalahi Siraja Parmahan (Balige) misal Oloan Silalahi (Pilot, pada tahun 60-an kapal ampibinya sampai ke Tao Silalahi), Tuan Ambolas Silalahi dan lainnya. Juga kebiasan penyebutan oleh keturunan Tambun Raja angka naung maju kepada siapapun keturunan si-7 turpuk hamu hahadoli Silalahi (pada zaman itu nangpe anggidoli alai ala nabongak gabe tarihut do pandokna) juga karena keterbiasaan interaksi sosial dan adat di Balige adalah hanya antara Tambunan dengan Silalahi marsiarisan, marsolin-solin. Tidak diketahui secara akurat apakah keturunan Siraja Parmahan yang lebih dulu memakai marga Silalahi atau keturunan Silahi Raja Tolping ? Siapapun diantara Silahi Raja atau Siraja Parmahan yang pertama menggunakan marga Silalahi, huta Silalahi Nabolak bukan dihuni dan bukan pula asal langsung keturunan Silahi Raja Tolping. Luas golat dan Silalahi Nabolak pasti tidak sebanding dengan Lumban Silalahi di Tolping dan juga di Pangururan. Tapi keturunan Siraja Parmahan memakai marga kesatuan Silalahi bukan terinspirasi keturunan Silahi Raja Tolping, sebab secara sosial ekonomi adalah keturunan Siraja Parmahan Balige lebih dulu maju daripada keturunan Silahi Raja Tolping. Secara konkrit apa alasan pemakaian marga Silalahi tanyakan langsung misal kepada antara lain mantan Dubes Odjahan Silalahi, SH, Drs. Adian Silalahi, Mayjen (Purn) Haposan Silalahi, Maruahal Silalahi,SH, Djohani Silalahi,SH dan banyak lagi dalam dokumen resminya memang marga Silalahi tetapi bukan terinspirasi untuk ikutan dan oleh karena Silahi Raja (Silalahi Raja). Juga misal S.Silalahi, MA alm berganti marga dari Sihaloho menjadi Silalahi adalah oleh Gurunya marga Silalahi Siraja Parmahan sewaktu sekolah di Balige yang langsung membuat izajahnya marga Silalahi. PODA SAGU-SAGU MARLANGAN I. Ingkon masihaholongan hamu sama hamu sahat rodi gomparan muna be. II. Naso tupa dohonan muna naso saama saina hamu na pitu dohot si Tambun Raja jala ingkon sisada lulu anak sisada lulu boru do hamu. III. Jala hamu na pitu dohot angka pinomparmu ingkon humolong rohamu di boru ni anggimuna si Tambun Raja on rodi gomparanna, jala ho pe Tambun Raja dohot sandok gomparanmu ingkon tong songoni maradophon boruni angka hahami sahat tu pinomparmu. IV. Na so jadi olion ni pinomparmu na pitu pomparan ni anggimu si Tambun Raja on, jala naso jadi olion ni pomparanmu si Tambun Raja pomparan ni haham na pitu on. V. Na so tupa pukkaonmuna bada manang salisi. Ia adong parbadaon dihamu na pitu sahat ro di pinomparmu, sandok ingkon anggimuna manang pomparanna sibahen dame di hamu, mambahen uhum na tingkos jala so boi mardingkan, jala ingkon oloanmu, jala tung so jadi juaon. Laos songoni dohot ho Tambun Raja, ia adong parbadaan di pomparanmu sandok ingkon sian pomparan ni haham na pitu on ma sibahen dame, jala sidabu uhum na tingkos na so tupa mardingkan, jala na so jadi juaon. VI. Jala molo adong parbadaan dihamu na naso tupa dohot halak na asing lao pasaehon. Pamanat hata “na pitu” ise mansoadahon ? ? ?

Silalahi Nabolak Vs Tolping

SILAHISABUNGAN AYAH LOHO RAJA, TUNGKIR RAJA,SONDI RAJA, DABUTAR RAJA, DABARIBA RAJA, DEBANG RAJA, BATU RAJA, TAMBUN RAJA DAN DEANG NAMORA ADALAH ORANG YANG BERBEDA DENGAN SILAHISABUNGAN AYAH SILALAHI RAJA.

Rabu, 03 April 2013

Waskito Tambunan

heado au mangkatai dht marga sidebang alai mengaku marga silalahi.jadi singkat cerita ma jolo kan didok ibana ma dang adong silalahi raja.jadi hualusi ma abang sidebang on .butido bang ate baen majolo tarombom mulai sian si debang sahat tuho,adong do na margoar silalahi? molo soadong do unang baen margam silalahi ningku.hape dang di boto,anak ni sidebang pe sodi boto manang napiga jala goar ni anak ni sidebang pe so diboto.jadi hudokma muse,sian dia do dalan mu mandok silalahi raja dang adong jala sian dia ma dalan ni abang marmagahon silalahi ningku? di alusi ibana ma muse hubaen pe marga silalahi margaku namangihut silahisabungan do ala silahisabungan i sama dgn silalahi do. hualusi,oo ningku santabi abang da molo silalahi do hape silahisabungan berarti satarap do tambunan dht silahisabungan ate? alana mulai sian naujui sahat tu sadarion manjou abang do tambunan tu silalahi? berarti marabang ma tambunan tu silahisabungan ate?ningku. maotoo ibana,huhut didok ibana haduan ma talunjut ate naeng karejo au puang ninna.sahat tu sadarion dang haidaan be ibana manang namaila dang huboto.
Suka · · · 27 Maret pukul 21:21 melalui seluler