Deang Namora
Sumber : http://pungsin.wordpress.com/page/2/
(Punguan Sinurat)
Posted on Oktober 6, 2010 by dunkom
Perpisahan di Huta Lahi kurang memuaskan Deang Namora. Sewaktu Raja Silahisabungan dan
Siraja Tambun berangkat dari Huta Lahi,
ia ikut mengantar ketepi
pantai. Rupanya Raja Silahisabungan membawa Siraja Tambun ketuktuk
Simartaja dan terus ke Nauli Basa untuk memperdalam ilmu Siraja Tambun.
Karena merasa dekat dengan adiknya Si
Raja Tambun, Deang Namora terus mengikuti mereka sampai ke Nauli Sibisa,
ayahnya membujuk Deang Namora supaya kembali ke kampung Huta Lahi. Pada
saat itulah Deang Namora menangis bersenandung yang memilukan hati:”
Amang Siraja ibotna, marsirang ma hita ditano Nauli Basa, borhat ma
damang tu tano Sibisa. Ahu do na pagodang – godang damang marsiak bagi,
sian dakdanak sahat tu doli – doli, mulak ma ahu amang Siraja ibotna tu
Huta Lahi, na boha do bagian ni Siboruadi?” katanya sambil melangkah berat hati.
Karena lelahnya berjalan ke Silalahi disertai perasaan sedih, Deang Namora duduk diatas
batu melepaskan lelah sambil merenungi perpisahananya dengan siraja
Tambun. Pada waktu itu ibotona (saudaranya) sudah mencari – cari Deang
Namora. Mereka takut Deang Namora mandele ( putus asa) akibat
keberangkatan Siraja Tambun, sewaktu mereka menemukan Deang Namora duduk
– duduk diatas batu, lalu diajak supaya pulang kekampung. Tetapi Deang
Namora menjawab:” saya sudah merasa senang ditempat ini. Disinilah
kalian bangun undung – undungku ( pondok) tempat bertenun.”katanya.
saudaranya membujuk dan berkata :” pulanglah dulu kita, supaya dibangun
pondokmu, baru bawalah alat–alat tenunmu kemari,” kata saudaranya tanda
setuju.
Setelah pondoknya dibangun, Deang Namora
membawa alat – alat tenunnya ketempat itu, yang kemudian disebut Batu
Parnamoraan. Lama kelamaan Daeng Namora bertenun, terasa sangat besar
kerinduannya dengan si Raja Tambun adiknya. Dan pada suatu saat rasa
rindunya tidak bisa ditahan lagi, Daeng namora berlari dan menuju Danau,
dan terus berjalan sampai ketengah danau, akhirnya Daeng namora
tenggelam di dasar danau, Abang-abangnya serta adik adiknya melihat
itonya tersebut, tidak sempat menolong itonya, mereka menangis meratapi
itonya yang tenggelam di danau tersebut. Dimana Daeng namora berjalan
sampai tenggelam terkenallan dengan nama Tao Silalahi artinya Tao na
soboi dihabangi lali (Danau yang tidak bisa di sebrangi burung Rajawali)
dan disitulah Deang Namora tinggal sampai akhir hayatnya. Dan menjadi
keramat yang berkuasa di Tao Silalahi.
Sampai saat ini banyak terdengar kabar
dan cerita, bahwa bila seseorang yang hendak menyeberangi tao tersebut
tidak boleh membuang kotoran ke dalam danau, atau berbicara kotor,
banyak terjadi yang melanggar aturan tersebut, dan banyak kita dengar
kabar kapal tenggelam dan setelah di gondangi tujuh hari tujuh malam
barulah mayat-mayat orang yang tenggelam muncul kembali.
Karena kejadian inilah anak Bungsu Raja
Silahisabungan yaitu Raja Tambun dan seluruh keturunannya sampai
sekarang sangat menghormati boru dari pomparan Silahisabungan, dan
mereka selalu memanggil ito mereka dengan panggilan Namboru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar