Perkawinan Raja Silahisabungan dengan Siboru Nailing
Sumber : http://pungsin.wordpress.com/page/3/
(Punguan Sinurat)
Posted on September 19, 2010 by dunkom
Siboru Nailing boru Nai Rasaon Adalah
puteri Raja Mangarerak, seorang Raja yang terkenal di Sibina Uluan.
Siboru Nairing adalah gadis primadona di Uluan, rambutnya bagaikan
mayang terurai, bibinya bagaikan delima merekah, pipinya merah merona,
pemuda yang melihatnya geleng – geleng kepala terpesona, melihat
kecantikan Siboru Nailing yang tidak ada tandingannya.
Banyak pemuda dan anak raja ingin
meminangnya, tetapi terganjal karena Siboru adalah puteri pingitan yang
sudah dijohkan dengan seorang putera Raja dari pulau Sibandang. Siboru
Nailing menjadi puteri rebutan, para pemuda yang ingin mempersunting
mencari dukun membuat guna – guna mencapai tujuan .Karena banyaknya
persaingan Siboru Nailing terkena dorma si Jundai (Dorma Sisunde ) yang
sulit diobati. Raja Mangarerak pun mulai gelisah melihat puterinya kena
Dorma Sijundai.
Pada ketika itu, Raja Silahisabungan
datang ke Sibisa mandanghon hadatuon ( Bertanding ilmu ). Berita
kedatangan Raja Silahisabungan ke sibisa membuat hati Raja Mangarerak
menjadi lega, karena diketahuinya Raja Silahisabungan adalah dukun besar
( datu Balon ) yang dapat menyembuhkan bermacam penyakit. Kemudian Raja
Mangarerak memanggil Raja Silahisabungan untuk mengobati putrinya
Siboru Nailing. Raja Silahisabungan membuka Laklak Tumbaga Holing untuk
melihat petunjuk apa penyebab penyakit itu, lalu berkata : “ penyakit
putri raja disebabkan persaingan tidak sehat, setan dan iblis selalu
datang menggangu sehingga ia selalu mengigau. Pengobatannya agak lama
karena rohnya ( tondika ) sudah ditawan dalam gua. Namunpun demikian,
berkat pertolongan tuhan penyakit akan dapat disembuhkan, tetapi apakah
upah saya ?” katanya.
Raja mangarerak, terkejut mendengar
penyakit Siboru Nailing, lalu berkata :” segala permintaanmu akan saya
kabulkan asal penyakit puteriku dapat disembuhkan,” katanya dengan
Pasrah. Mendengar pernyataan Raja Mangarerak ini,” Raja Silahisabungan
mulai mengobati Siboru Nailing. Baru beberapa hari diobati, tanda tanda
kesembuhan penyakit Siboru Nailing mulai nampak. Selama Siboru Nailing
dalam pengobatan rasa cinta dan kasih sayang bersemi dihati mereka
berdua. Dan setelah penyakit Siboru Nailing sembuh, Raja Silahisabungan
mengungkapkan rasa Cintanya kepada Siboru Nailing.
Siboru Nailing terdiam dan menjawab dalam
pandangan, bahwa iapun merasa cinta kepada Raja Silahisabungan, walau
pun umur tidak sebaya. Dengan menganggukkan kepala ia menyatakan
cintanya.
Setelah sembuh, Raja Silahisabungan
mengatakan pengobatannya telah usai. Raja Mangarerak merasa gembira dan
bermaksud mengadakan pesta Syukuran, sambil membayar hutang kepada Raja
Silahisabungan, Raja – raja dan penduduk negeri diundang tanda rasa suka
cita.
Setelah acara pesta Syukuran selesai Raja
Mangarerak menyediakan emas dan uang, lalu bertanya kepada Raja
Silahisabungan :” ya, Raja Silahisabungan, penyakit Siboru Nailing sudah
sembuh, berapakah upahmu yang saya bayar?” katanya sambil mengambil
emas dan uang dari pundit – punditnya. Raja Silahisabungan menjawab :”
Raja yang Mulia dan yang saya hormati. Saya tidak butuh uang dan emas,
tetapi sesuai dengan perjanjian kita, apa yang saya minta upahku akan
raja kabulkan. Rasa kasih sayang selama mengobati, menimbulkan bersemi
cinta dihati, kiranya Mulajadi Nabolon dan Raja memberkati, saya tidak
meminta upah tetapi aku menginginkan Siboru Nailing teman sehidup
semati, katanya dengan hormat.
Mendengar ucapan Raja Silahisabungan itu,
Raja Mangarerak dan para undangan tercengang karena umur Siboru Nailing
masih muda. Raja Mangarerak dan para undangan saling berpandangan,
tetapi tidak berani menolak, lalu berkata : “ saya tidak menolak
permintaanmu itu tetapi kasihanilah kami dinegeri ini, karena Siboru
Nailing telah dijodohkan ( dipaorohan ) dengan putera Raja dari
Sibandang : apabila Siboru Nailing kau persunting, negeri ini akan
diserang. Pendudukpun akan susah,” katanya minta pengertian.
Kemudian Raja Silahisabungan menjawab:”
dengke ni sabulan tu tonggina tu tabona, manang ise siose padan tu
ripurna tu magona, ( janji harus ditepati, bila dilanggar akan timbul
mara bahaya ) mengenai keamanan negeri dan serangan dari raja pulau
Sibandang sayalah tanggung jawabnya. Selama saya berada didaerah ini
tidak akan terjadi apa – apa, “ katanya meyakinkan.
Karena takut menolak permintaan Raja
Silahisabungan, raja – raja dan para undanga memberi saran : ” Karena
raja Silahisabungan telah memberi jaminan, kita tanyalah putri kita
Siboru Nipohan, apakah dapat menerimanya.” Kemudian Raja Mangarerak dan
para undangan menanya Siboru Nailing apakah dapat menerima permintaan
Raja Silahisabungan itu. Siboru Nailing Menjawab :” ndang simanukmanuk,
manuk sibontar andora, ndang sitodo turpuk, si ahut lomo ni roha. Tu
ginjang ninna porda tu toru pambarbaran, tu ginjang ninna roha patoruhon
do sibaran. Ndang ahu manjua, ala naung marsihaholongon, anggiat
dapotan tua, pasu – pasuon ni mulajadi nabolon, katanya bersenandung
tanda setuju,
Mendengar ungkapan hati nirani Siboru
Nailing yang memang sudah mencintai Raja Silahisabungan, Raja Mangarerak
dan para undangan pun merasa terkejut karena pernyataan itu merupakan
ungkapan hati nurani yang paling dalam. Kemudian Raja Manggarerak
berkata :” para undangan yang saya muliakan. Hari ini adalah pesta
syukuran dan sekali gus pesta perkawinan puteri kita dengan
Silahisabungan, marilah kita memberi berkat ( Mamasu – masu ) semoga
Mulajadi Nabolon memberi kebahagiaan, “ katanya kepada raja – raja dan
para undangan.
Berita perkawinan Siboru Nailing teriar
sampai ke pulau Sibandang. Membuat lelaki oroan menjadi marah. Lelaki
itu bermaksud akan menuntut balas, tetapi mendengar Raja Silahisabungan
yang mempersunting dia menuntut agar dapat menandingi Raja
Silahisabungan.
Setelah Siboru Nailing mengandung enam
bulan, tersiar kabar di Sibisa, lelaki oroan akan datang menuntut balas
dengan membawa pasukan ( Parangan ) dari pulau Sibandang ). Mendengar
berita itu Raja Mangarerak gelisah dan meminta Raja Silahisabungan
membawa Siboru Nailing meninggalkan Sibisa. Tetapi Raja Silahisabungan
menjawab :” kampungku sangat jauh amang, tak mungkin membawa isteri
dalam keadaan hamil tua. Amang jangan takut dan resah mendengar berita
itu. Selama saya berada dinegeri ini tidak akan terjadi apa –
apa,”katanya. Mendengar alas an itu Raja Mangarerak tidak dapat
memaksakan kehendak.Kemudian raja silahisabungan pergi kebukit Sigapiton
untuk membuat penangkal agar musuh tidak boleh dekat.
Setelah siboru sinailing melahirkan
seorang anak laki-laki, Raja Silahisabungan membuka penangkalnya
sehingga pasukan musuh pun sudah semakin dekat.karna pasukan lelaki
oroan sudah mengepung daerah Sibisa, Raja mengarerak mendesak agar Raja
silahisabungan bersama anak isterinya segera meninggalkan Sibisa.
Kemudian Raja Silahisabungan berkata kepada isterinya :” Ibu tersayang,
pasukan lelaki oroan sudah mengepung Kampung ini. Mereka berencana akan
membunuh saya.Orang tua kita Raja Mangarerrak pun sudah mendesak agar
kita segera berangkat, padahal keadaanmui belum mengijinkan. bagaimana
kalau saya bersama anak kita lebih dahulu berangkat, kalau kau sudah
sehat dan tenagamu sudah pulih, aku akan menjemputmu kembali,katanya
membujuk siboru nailing.
Mendengar alas an Raja Silahisabungan itu
dan memikirkan desakan raja Mangarerak, istrinya Si Boru Nailing
menjawab:” Amang boru, Aku sangat mencintaimu dan anak kita ini.
Selamatkanlah dirimu dengan anak kita ini, biarlah saya tinggal
menanggung derita, ini sebuah cincin ( tintin tumbuk ) kalau anakku ini
besar berikan kepadanya pertanda akulah ibu yang melahirkannya, “
katanya dengan terharu sambil menyerahkan Tintin Tumbuk itu. Kemudian
Raja Silahisabungan bersama bayi yang baru lahir berangkat meninggalkan
negeri setelah pamit dari mertuanya Raja Mangarerak.
Sesudah Raja Silahisabungan berangkat,
Pasukan lelaki Oroanpun tiba dikampung Raja marerak, lalu bertanya “
dimana sia Boru Nailing dan dimana Lelaki suami itu, biar kubunuh,” kata
lelaki oroan itu. Raja Mangarerak menjawab:” siboru Nailing sedang di
Perapian ( mandadang) sedang suaminya telah pergi bersama anaknya”
lelaki oroan itu merasa sedih dan berkata “ ndang diau be amang,
jolmanaung marhamulian, alai tong ma au ingot hamu boru hasian,
parjampar diadaran parbagian dibalian, “ katanya sambil merenungi nasib
dirinya. Siapakah pemuda oroan siboru nairing itu ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar