Pertemuan Silahisabungan dengan Raja Parultop
Sumber : http://pungsin.wordpress.com/page/3/
(Punguan Sinurat)
Posted on September 18, 2010 by dunkom
Setelah berbulan – bulan
Silahisabungan timggal di Silalahi, dia dikejutkan dengan suatu
peristiwa yang membawa berkah bagi hidupnya. Pada suatu hari seorang
raja Pakpak bernama Raja parultop berburu atau menyumpit burung dihutan
Simarnasar diatas Silalahi Nabolak. Sewaktu Raja Parultop menyumpit
seekor burung elang ( lail ), paha elang itu kena, sehingga tidak mati.
Burung elang itu kembali terbang. Raja Parultop mengejar, tetapi begitu
didekati burung itu kembali terbang. Demikianlah berulang – ulang,
akhirnya Raja Parultop tiba diatas bukit Silalahi Nabolak.
Pada waktu Raja Parultop mengejar kebukit
Silalahi, burung elang itu terbang menuju pulau Samosir melalui Tao
Silalahi yang sangat luas itu. Rupanya burung elang itu tidak sanggup
terbang ke samosir lalu kembali kepantai Silalahi dan hinggap dekat
pondok Silahisabungan (Terkenalnya Tao Silalahi dari cerita ini artinya
Tao na so boi di habangi lali). Burung elag itu mudah ditangkapnya
karena sudah lelah. Raja Parultop yang memperhatikan burung elang itu
kembali dan hinggap dipantai Silalahi, dia bertekat akan menangkap
burung elang itu hidup atau mati, walaupun hari sudah senja. Raja
Parultop menuruni bukit Silalahi dan terus mencari tempat hinggapnya
burung elang itu.
Raja parultop tercengang melihat sorang
pemuda duduk diatas pondok sambil memengang burung elang yang
disumpitnya tadi. Dengan rasa geram dan marah Raja Parultop berkata : “
Hei, siapa kamu yang berani tinggal ditanah milikku ini ? aku adalah
raja Pakapak yang berkuasa sampai kepantai danau ini. Mari burung elang
yang kau pegang itu, kau perlu dihukum dan diusir dari tempat ini, “
katanya.
Silahisabungan mendududki tanah yang
dibawa dari Balige dan mengambil air yang dibawa dari Mual Siguti, lalu
dengan sopan santun dan cukup berwibawa, menjawab : “ Raja Pakpak yang
mulia, saya tidak bersalah, ucapan raja yang mengada – ngada. Saya
berani sumpah, bahwa tanah yang saya duduki ini adalah tanahku dan air
yang saya minum ini adalah airku, “ lalu meneguk air dari kendi ( tabu –
tabu ) yang dibawanya dari Mual Siguti.
Kemudian Silahisabungan berkata : “
Natipniptip sanggar mambahen huru – huruan, jumolo sinungkun marga asa
binoto partuturan, ia goarhu sude jolma baoa mamboan. Na manungkun ma
ahu marga aha ma amang ? lalu menyalam Raja parultop dengan hormat.
Mendengar ucapan sumpah Silahisabungan
dan tutur katanya yang menawan, amarah Raja Parultop jadi hilang dan
menjawab dengan ramah : “ goarmu sude jolma baoa maboan, goarhu pe
denggan ma paboaon, I ma ula – ulangku ari marga Padangbatanghri na domu
tu marga panasaribu. “ katanya.
Mereka tidak menyebutkan nama masing –
masing dengan jelas. Tetapi sudah sama – sama mengerti. ( sude jolma
baoa mamboan, maksudnya ia bernama Silahi = anak laki – laki, ula
ulangku siganup ari atau pekerjaan setiap hari, maksidnya ia bernama
Parultop, orang yang berburu dengan sumpit.)
Kemudian Silahisabungan berkata :”horas
ma tulang,aiinongku pe boru pasaribu do,” (horas paman,ibuku pun boru
pasaribu) katanya sambil mempersilahkan raja [parultop naik kegubuk
karena hari sudah mulai gelap,silahisabungan mengajak raja parul-top
bermalam digubuk itu. Ajakan Silahisabungan diterimanya dengan senang
hati agar mereka dapat bercakap – cakap sepanjang malam.
Setelah makan mereka asik bercakap – ckap
sampai larut malam. Dalam percakapan mereka Raja Parultop menanya
dimana istri dan keluarga Silahisabungan. Dijawabnya bahwa istrinya
belum ada. Dia masih perjaka belum pernah berumah tangga. Mendengar
tutur kata dan sopan santun dari Silahisabungan , Raja ingin
bermenentukan Silahisabungan lalu berkata : “ ada putriku 7 orang.
Semuanya sudah anak gadis kalau kau berkenan menjadi menantuku besok
kita pergi ke Balla. Pilih salah satu putriku menjadi istrimu. Dengan
syarat tidak boleh dimadu ( na so marimbang ) sepanjang hidupmu
“Silahisabungan menyambut dengan senang hati, lalu berkata “ mana
mungkin saya berani ke Balla. Kalau tidak memenuhi adat istiadat. Sedang
hidupku hanya sebatang kara. Kumohon , janganlah alang kepalang kasih
sayang pamanlah membawa paribanku itu kemari, supaya disini saya pilih
“.
Alasan Silahisabungan masuk akal Raja
Parultop, akhirnya menerima permintaan calon menantunya. Kemudian
menetapkan hari dan tanggal pertemuan sekaligus perkawinannya. kemudian
mereka sama-sama minta tidur karena sudah lelah sepanjang hari.
Silahisabungan tidak dapat tidur
memikirkan dan membayangkan putri Raja itu. Bagaimana cara memilihnya
kalau benar 7 orang putrid raja. Dengan diam – diam membuka Lak –lak
Tumbaga Holing untuk melihat petunjuk. Dalam petunjuk dilihatnya putrid
raja hanya seorang. Kenapa dikatakan 7 orang ?
Rupanya Raja Parultop pun tidak tidur
sepanjang malam itu dengan pura – pura tidur diintipnya gerak – gerik
Silahisabungan. Diketahuilah bahwa Silahisabungan adalah Datuk Bolon,
bukan sembarang orang. besoknya silahisabungan memberangkatkan raja
parultop pulang ke Balla dengan oleh-oleh ihan Batak,lalu berkata;”
kalau rombongan paman datang terlebih dahulu nyalakan api diatas bukit
sana,kemudian akan saya nyalakan api dibawah ini tanda saya sudah siap
menyambut.setelah rampung semua perjanjian mereka raja Parultop pulang
ke Balla dengan membawa banyak ihan Batak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar