SILAHISABUNGAN AYAH LOHO RAJA, TUNGKIR
RAJA,SONDI RAJA, DABUTAR RAJA, DABARIBA RAJA, DEBANG RAJA, BATU RAJA,
TAMBUN RAJA DAN DEANG NAMORA ADALAH ORANG YANG BERBEDA DENGAN
SILAHISABUNGAN AYAH SILALAHI RAJA.
Dalam tulisan ini Raja Silahisabungan
patokan hitungan sebagai generasi pertama. Tarombo umumnya berawal dari
legenda dan tona, tetapi dapat diterima karena didukung ada fakta dan
bukti hidup dari dahulu hingga sekarang maupun ke waktu yang datang.
Tetapi bila seseorang atau sekelompok menyatakan Tarombonya atau
kelompoknya hanya berdasarkan turi-turian, tona apalagi dialog khayal
maka cenderung sepihak memaksakan dan berujung akan ditolak. Banyak
keturunan Raja Silahisabungan nama sama tetapi orangnya dan hidup
sebagai generasi yang berbeda, seperti di bawah ini. Loho Raja mempunyai
2 orang anak yaitu si Naborno dan si Napuran. 1. Loho Raja (generasi
ke-2) anaknya yang pertama si Naborno (generasi ke-3) tidak sama dengan
si Naborno (generasi ke-6) di Parbaba anak Baba Raja (generasi ke-5).
2.Loho Raja (generasi ke-2) anaknya yang kedua si Napuran (generasi
ke-3) tidak sama dengan si Napuran (generasi ke-6) di Parbaba anak Baba
Raja (generasi ke-5). Si Baba Raja keturunan Loho Raja generasi ke-5
pemilik golat dan huta luas di Parbaba-Samosir (pada bulan Juni 2007
sebagian lahan keturunan Baba Raja ini dipakai untuk acara pesta
Simbolon sedunia). Si Baba Raja mempunyai anak laki-laki [3] orang yang
pertama si Naborno, kedua si Napuran dan ketiga si Napitu. Tulisan ini
sekaligus untuk mengkonfirmasi anak Baba Rajalah 3 orang sedangkan Loho
Raja adalah 2 orang. Pemberian nama si Naborno dan si Napuran oleh Baba
Raja adalah goar mangulahi mengingat opungnya si Naborno dan si Napuran
yang dia tinggalkan di Silalahi Nabolak. Anaknya yang ketiga si Napitu
juga mengingat ada keturunan [7] opungnya Loho Raja sampai Batu Raja
marhaha-maranggi di Silalahi Nabolak, Tambun Raja sudah pergi ke Sibisa.
Silalahi Siraja Parmahan keturunan Sondi Raja yang dicuclik suruhan
Tuan Sihubil dari Simartaja-Silalahi Nabolak dan setelah dirajahon
menjadi anak Tuan Sihubil mendapat golat sangat luas di Balige. Siraja
Parmahan di Balige mempunyai anak laki-laki [4] orang berturut-turut dia
namai Sihaloho, Sinagiro, Sinabang dan Sinabutar. 1. Sihaloho (Loho
Raja) generasi ke-2 anak Raja Silahisabungan tidak sama dengan Sihaloho
anak Silalahi Siraja Parmahan (Balige) 2. Sigiro (generasi ke-3) anak
Batu Raja (generasi ke-2) tidak sama dengan Sinagiro (Sigiro) anak
Silalahi Siraja Parmahan (Balige) 3. Sidebang generasi ke-2 anak ke-6
Raja Silahisabungan tidak sama dengan Sinabang (Sidebang) anak Silalahi
Siraja Parmahan (Balige) 4. Sidabutar generasi ke-2 anak ke-4 Raja
Silahisabungan tidak sama dengan Sinabutar (Sidabutar) anak Silalahi
Siraja Parmahan (Balige). Pada generasi Siraja Parmahan diculik suruhan
Tuan Sihubil, orang yang bernama Sihaloho, Sinagiro (Sigiro), Sinabang
(Sidebang, Sinabutar (Sidabutar) hanya ada di Silalahi Nabolak tidak ada
ditempat manapun termasuk di Tolping atau di Pangururan. Keturunan
Siraja Parmahan Sihaloho, Sinagiro, Sinabang, Sinabutar di Balige marga
kesatuannya Silalahi. Apa alasan Siraja Parmahan menamai ke-4 anaknya
dengan nama-nama opung dan saudaranya yang dia tinggalkan di Silalahi
Nabolak dan apa alasan keturunan Siraja Parmahan marga kesatuannya
Silalahi karena opungnya Siraja Parmahan lahir dan berasal dari Silalahi
Nabolak ? Yang berhak menjawab adalah keturunan Siraja Parmahan, jangan
ada pihak luar berinisiatif ngarang cerita khayal atau tarombo
mengkait-kaitkan jadi tambah runyam. Sengaja penjelasan 6 nama sama tapi
orang yang berbeda diatas disodorkan, supaya memberi kesimpulan awal
kepada pembaca terhadap isi penjelasan lebih lanjut dibawah ini. Harus
dihargai kegigihan banyak pihak memperbincangkan Tarombo Raja
Silahisabungan dan memamfaatkan teknologi Internet untuk
menyebarluaskannya. Harus juga diacungi jempol sudah menjadi adat
keturunan Raja Silahisabungan demikian holong marinang jala somba
marhula-hula seperti dapat dibaca dalam berbagai tulisan dan tanggapan
di bang ’s loho WebBlog maupun WebBlog lainnya. Tapi debat dan
penjelasan Tarombo Raja Silahisabungan terutama berapa jumlah istrinya,
siapa istri pertamanya dan siapa anak sulungnya makin tidak proporsional
karena pihak-pihak yang melibatkan diri memberikan penjelasan dan
mempertahankan apalagi mendesakkan pandangan hanya mendasarkan dasar
tona dan cerita khayal termasuk tulisan TUMARAS. Kadang dalam benak
bertanya bagaimana para penulis atau pendongeng ini dapat menuturkan
suatu dialog orang yang hidup pada 400 tahun lebih yang lalu. Tona hanya
dapat diterima kalau didukung fakta dan bukti yang hidup, nyata dan
dapat dikonfirmasi. Keturunan kita kelak tidak akan mau buang-buang
waktu bahas dan apalagi bersitegang mendasarkan tona. Biarlah nantinya
anak kita bila saling jumpa dan bilang opungku Raja Silahisabungan Makam
dan Tugunya di Silalahi Nabolak dan sebaliknya ada yang sebut opungku
Raja Silahisabungan Makamnya di Dolok Parmasan-Pangururan, kedua- duanya
benar dan tidak perlu dipertentangkan karena Raja Silahisabungan yang
dimaksud mereka adalah orang yang berbeda. Tulisan Abdullah Silalahi, SH
bertanggal 5 Maret 2003 dengan judul KEBERADAAN MARGA “ SILALAHI” DALAM
SILSILAH SILAHISABUNGAN disebarluaskan melalui Internet secara lengkap
maupun penggalan serta penjelasan oleh perorangan marga Silalahi Raja
dan sebagian keturunan Tambun Raja ”Versi Tolping”. Disisi lain ada
keterangan keturunan Loho Raja, Tungkir Raja, Sondi Raja, Dabutar Raja,
Dabariba Raja, Debang Raja, Batu Raja dan sebagian Tambun Raja (” Versi
si-8 Turpuk”) maka menjadi relevan dengan judul diatas. Menjadi jelas
terang dan dapat menjadi pegangan bagi keturunan Raja Silahisabungan
anak ke-3 Tuan Sorbadibanua bahwa Silahisabungan ayah Loho Raja, Tungkir
Raja, Sondi Raja, Dabutar Raja, Dabariba Raja, Debang Raja, Batu Raja,
Tambun Raja dan Deang Namora adalah orang yang berbeda dengan
Silahisabungan ayah Silalahi Raja karena didukung perbedaan seperti
diuraikan dibawah ini antara lain: 1. Rute Perjalanan Raja
Silahisabungan sampai ke Silalahi Nabolak. Versi si-8 Turpuk : Lumban
Gorat- Balige, Laguboti, balik arah menuju Bakara, Siogung-ogung, Aek
Rangat, Tulas, Bonandolok, Hasinggan, Dolok Sulusulu, Dolok Lahi dan
Huta Lahi di Silalahi Nabolak. Versi Tolping: Lumban Gorat-Balige,
Laguboti, Sibisa, Tolping, Parbaba, Paropo ke Silalahi Nabolak. Bagi
peminat peta, luangkan waktumu membandingkan rute perjalanan ini. 2.
Huta Awal Milik Raja Silahisabungan Versi si-8 Turpuk : Silalahi Nabolak
semuanya adalah golat dan tanah ulayat keturunan si-8 turpuk, Tao
Silalahi naso hahabangan lali terdapat dalam peta dibuat Belanda, budaya
Gondang Silalahi, Ulos Silalahi. Di Silalahi Nabolak semua si-8 Turpuk
sama-sama mempunyai golat. Nama golat Tambun Raja adalah Panambunan luas
melebihi Lumban Silalahi di Tolping atau di Pangururan. Versi Tolping:
Tolping, tetapi Tolping bukan seluruhnya atau sebagian besar golat dan
tanah ulayat keturunan Silalahi Raja tetapi hanya Lumban dan tidak ada
golat Tambun Raja/Tambun Raja. 3. Istri Pertama Raja Silahisabungan
Versi si-8 Turpuk: Pinggan Matio boru Padang Batanghari (boru Matanari
?, baca tulisan Antony Matanari) Versi Tolping: Pintahaomasan (awalnya)
boru Simbolon, berubah menjadi Boru Nabolon 4. Jumlah istri Raja
Silahisabungan Versi si-8 Turpuk: 2 (dua) orang yaitu Pinggan Matio boru
Padang Batanghari (boru Matanari ?, Antony Matanari) dan Si Melengeleng
boru Mangarerak. Versi Tolping: 3 (tiga) orang yaitu Pintahaomasan boru
Nabolon, Pinggan Matio Padang Batanghari dan Si Melengeleng boru
Mangarerak . 5. Jumlah Anak dan Anak Sulung Raja Silahisabungan Versi
si-8 Turpuk: 8 (delapan) orang yaitu dari istri pertama Pinggan Matio
boru Padang Batanghari yaitu Loho Raja (anak sulung), Tungkir Raja,
Sondi Raja, Dabutar Raja, Dabariba Raja, Debang Raja, Batu Raja dan
perempuan Deang Namora serta Tambun Raja dari istri kedua Si Melengeleng
boru Mangarerak Versi Tolping: 9 (dua) orang anak laki yaitu dari istri
pertama Pintahaomasan boru Nabolon yaitu Silahi Raja atau Silalahi Raja
(anak sulung), dari istri kedua Pinggan Matio boru Padang Batanghari
yaitu Loho Raja, Tungkir Raja, Sondi Raja, Dabutar Raja, Dabariba Raja,
Debang Raja, Batu Raja dan perempuan Deang Namora serta Tambun Raja dari
istri kedua Si Melengeleng boru Mangarerak. Kemudian sejak bulan Juni
2007 terpahat di Tambak di Dolok Parmasan-Pangururan anak Pintahaomasan
boru Nabolon sudah bertambah menjadi [2] yaitu Silalahi Raja dan Siboru
Marihan. 6. Ibu Yang Menyusui dan Membesarkan Tambun Raja Versi si-8
Turpuk: Pinggan Matio boru Padang Batanghari (boru Matanari, Antony
Matanari) di Silalahi Nabolak Versi Tolping: Pintahaomasan boru Nabolon
(sekarang) di Tolping 7. Pemberangkatan Tambun Raja ke Sibisa Versi si-8
Turpuk: Dari Simanampang- Silalahi Nabolak setelah Raja Silahisabungan
melangsungkan upacara penyampaian Poda Sagu- Sagu Marlangan di
Simanampang- Maras, Silalahi Nabolak kepada ke-8 anaknya. Versi Tolping:
Setelah Raja Silahisabungan melangsungkan upacara penyampaian Poda
Sagu- Sagu Marlangan di Simanampang- Maras, Silalahi Nabolak kepada ke-8
anaknya, kemudian setelah Tambun Raja tiba di Tolping dan selang berapa
lama Pintahaomasan boru Nabolon melangsungkan upacara Padan Dengke
Nilaean kepada Silahi Raja dan Tambun Raja barulah Tambun Raja berangkat
ke Sibisa. Namarpadan/ber-ikrar biasanya berlainan marga dan bukan
nasaama (Silahi Raja dan Tambun Raja tidak saama maksudnya ?) 8.
Penyebab Kematian Raja Silahisabungan Versi si-8 Turpuk: Umur sudah saur
matua, kehendak Tuhan, parmate ni Raja Versi Tolping: Kepergian Tambun
Raja, membuat Raja Silahisabungan sangat sedih dan marah (martombo)
serta bersumpah memilih mati dan dikubur bukan di Silalahi Nabolak dan
bukan pula di Tolping (ndang pangalaho ni raja) 9. Makam Raja
Silahisabungan Versi si-8 Turpuk: Di huta Lahi di Silalahi Nabolak huta
napinungkana (Raja ibana, tano podoman pe antong tohonan ni Raja ma),
Versi Tolping: Di Dolok Parmasan di Pangururan di tanah asing bersama
banyak orang lain yang tidak jelas (leanai ate molo Raja Silahisabungan
abang kandung ni Siraja Oloan do ibana). Bila Raja Silahisabungan yang
dimaksudkan adalah abang kandung si Raja Oloan berarti amangtua kandung
Naibaho, dapatkah demikian tega Naibaho membiarkan amangtua kandungnya
yang punya kisah perjalanan dan sapardangolan dengan bapaknya Siraja
Oloan? 10. Silalahi Siraja Parmahan Versi si-8 Turpuk: Adalah pahompu
Sondi Raja yang diculik suruhan Tuan Sihubil dari Simartaja-Silalahi
Nabolak Versi Tolping: Adalah anak bungsu Silahi Raja (bernama Siraja
Bunga- bunga) yang diculik suruhan Tuan Sihubil dari Tolping. Perjalanan
Silahisabungan dari Balige Tuan Sorbadibanua (Naisuanon) dari istri
pertama mempunyai anak pertama Sibagotnipohan, kedua Sipaetua, ketiga
Silahisabungan, keempat Sirajaoloan dan kelima Siraja Hutalima.
Sibagotnipohan anaknya yang pertama bernama Tuan Sihubil dengan marga
keturunannya antara lain Tampubolon. Anak kedua bernama Tuan Somanimbil
dengan marga keturunannya Siahaan, Simanjuntak dan Hutagaol. Anak ketiga
Tuan Dibangarna dengan marga keturunanya antara lain Panjaitan,
Silitonga, Siagian dan Sianipar. Anaknya yang keempat bernama Sonak
Malela dengan marga keturunannya antara lain Simangunsong dan Marpaung
Sejarah atau tarombo Batak mencatat Sipaetua, Silahisabungan dan
Sirajaoloan bersepakat meninggalkan saudara mereka Sibagotnipohan di
Lumban Gorat- Balige karena tersinggung dan marah kepada abangnya
Sibagotnipohan menyelenggarakan pesta tidak menunggu kedatangan
Sipaetua, Silahisabungan dan Sirajaoloan yang ditugaskan mencari
“Haudolok borotan”, “Jujung buhit panganak ni borotan (hiasan borotan)
dan “ Hotang dauarsa tali-tali ni sitogu horbo” ke hutan belantara dalam
rangka pesta “mangaliat horbo santi”. Dalam perjalanan Sipaetua,
Silahisabungan dan Sirajaoloan meninggalkan Lumban Gorat-Balige tanah
kelahiran mereka, Sipaetua memilih tinggal dan menetap di Laguboti
dengan keturunannya marga Hutahaen, Aruan, Hutajulu, Sibarani, Sibuea,
Pangaribuan dan Hutapea. Jarak Laguboti dan Lumban Gorat-Balige masih
jarak dapat dipandang mata, konon walaupun Sipaetua tersinggung kepada
abangnya Sibagotnipohan tetapi tidak ada amarah dan sumpah.
Silahisabungan dan Sirajaoloan dari Laguboti balik arah melanjutkan
perjalanan menyusuri dataran dan gunung sejajar pantai Danau Toba
melewati Bakara dan terus ke Siogungogung-Pangururan. Di Siogung-ogung
Sirajaoloan akhirnya memilih tinggal dan kawin di Pangururan mempunyai
anak Naibaho dan Sihotang. Naibaho adalah marga Bius Sitolu Hae Horbo
(marga pemilik tanah dan kerajaan) di Pangururan hingga sekarang ini
bersama Simbolon dan Sitanggang. Siogungogung tidaklah subur, tetapi
natural beauty tiada bandingannya, karena dari Siogungogung dengan mata
memandang dapat melihat liuk-liuk danau toba songon pangeal ni dengke
namangolu yang dlindungi hutan hijau Bukit Barisan dan dipayungi dolok
Pusut Buhit. Sirajaoloan kemudian meninggalkan Pangururan menuju Bakara
(mendekat Balige) kawin lagi mempunyai anak Sinambela, Sihite, Manullang
dan Bakara. Jarak Siogungogung apalagi Bakara dengan Lumban
Gorat-Balige masih dapat dipandang mata. Sama halnya Sirajaoloan
walaupun tersinggung kepada abangnya Sibagotnipohan tetapi tidak ada
amarah dan sumpah padanya. Dari Siogungogung Silahisabungan masih
melihat asap api di Lumban Gorat-Balige. Silahisabungan karena amarahnya
kepada Sibagotnipohan bersumpah dan berketetapan “soara ni takkem naso
jadi begeonku jala timpul/timus ni apim naso jadi idaonku, gari lampak
ni pisangku molo martudu tuho ingkon tampulonku ” Silahisabungan
meneruskan perjalanan menyusuri daratan dan gunung sejajar pantai Danau
Toba dengan arah supaya tidak melihat asap api di Balige. Silahisabungan
dan Sirajaoloan yang sapardalanan-sapardangolan sebelum berpisah di
Siogungogung bersepakat berkomunikasi dengan sarana alam yaitu apabila
Sirajaoloan ada ulaon atau kejadian penting agar memberitahukan kepada
Silahisabungan dengan membuat asap api, demikian Silahisabungan akan
melakukan hal yang sama dari huta yang dipilihnya. Rute perjalanan
Silahisabungan dari Siogungogung adalah Aek Rangat, Tulas, Bonandolok,
Hasinggan, Dolok Sisulusulu, Dolok Lahi (bukan melalui Parbaba apalagi
Paropo) dan tinggal di Huta Lahi di Silalahi Nabolak huta asal-muasal
(bonapasogit) seluruh keturunan Silahisabungan dari anak- anaknya yaitu
Loho Raja, Tungkir Raja, Sondi Raja, Dabutar Raja, Dabariba Raja, Debang
Raja, Batu Raja dan Tambun Raja. Untuk menepati janji kepada
Sirajaoloan, Silahisabungan menetapkan Dapdap di Silalahi Nabolak
(sampai sekarang juga disebut Silaon Nabolon) tempat membakar membuat
asap api untuk berkomunikasi dengan adiknya Sirajaoloan. Siogung-ogung
di Pangururan dapat dipandang mata dari Dapdap di Silalahi Nabolak,
tetapi Balige dan asap api di Balige sudah tidak tampak. Apa hubungan
nama si Lahi Sabungan dengan nama dolok Lahi, huta Lahi, Silalahi
Nabolak, Tao Silalahi dan marga Silalahi marga kesatuan anak Siraja
Parmahan tentu jangan orang atau kelompok yang bukan merasa marbona
pasogit Silalahi Nabolak yang membuat cerita khayal atau dongeng. Sama
halnya apa kaitan nama Lumban Silalahi di Tolping, di Pangururan, di
Hinalang, di Porsea dengan pomparan Raja Silahisabungan disetempat ya
jangan yang diluar mereka lebih tau. Karena kekhususan kisah perjalanan
kepergian Silahisabungan dan Sirajaoloan dari Lumban Gorat, maka sesama
keturunan Silahisabungan dan Sirajaoloan hingga sekarang ini menyapa
marhaha-maranggi terutama Sinambela, Sihite dan Manullang walaupun sudah
saling mengawini. Sikap saling hormat dan bersapa layaknya abang-adik
ini adalah karena kenangan sapardalanan-sapardangolan yang dipesankan
Silahisabungan kepada anak-anaknya dan sebaliknya pesan Sirajaoloan
kepada anak-anaknya, Siogungogung di Pangururan dan Dapdap di Silalahi
Nabolak (ada ditempat lain ?) menjadi bukti abadi hubungan
Silahisabungan dan Sirajaoloan pernah berjanji hingga sekarang ini ada.
Walaupun Sibagotnipohan dan Sipaetua adalah abang kandung Silahisabungan
dan Sirajaoloan, tetapi tidak pernah keturunan Silahisabungan dan
Sirajaoloan menyapa keturunan Sibagotnipohan dan Sipaetua dengan sebutan
abang. Dalam keseharian ada sebagian ketururan Silahisabungan menyapa
abang khususnya kepada Tampubolon adalah dikarenakan Tuan Sihubil ayah
Tampubolon mengangkat anak Silalahi Siraja Parmahan cucu Sondi Raja yang
diculik suruhan Tuan Sihubil dari tempat penggembalaan (parmahanan)
Simartaja- Silalahi Nabolak. Mengapa keturunan Silahisabungan yang harus
diinginkan oleh Tuan Sihubil bukan keturunan Sipaetua dari Laguboti
atau keturunan Sirajaoloan dari Bakara yang jaraknya lebih dekat
dibandingkan dengan Silalahi Nabolak tidak lain adalah karena kepada
Silahisabungan yang bersumpah “ soara ni takkem naso jadi begeonku jala
tippul ni apim naso jadi idaonku” Tuan Sihubil harus meminta maaf. Tdak
lama setelah Siraja Parmahan dipatortor dan diangkat anak oleh Tuan
Sihubil lahirlah Tampubolon (Tampuknabolon, untuk konfirmasi tanyakan
hal ini kepada marga Tampubolon agar jangan seperti cerita khayal).
Siraja Parmahan mempunyai 4 (empat) orang anak dinamai Sihaloho,
Sinagiro, Sinabang, dan Sinabutar (nama-nama inipun tolong tanyakan
kepada Silalahi Siraja Parmahan, memastikan bahwa bukan cerita khayal
dan tarombo mengkait-kaitkan). Pemberian nama-nama ini mengingatkan dia
kepada Saudaranya yang dia tinggalkan di Silalahi Nabolak. Pada generasi
Siraja Parmahan nama Sihaloho, Sinagiro (Sigiro), Sinabang (Sidebang)
dan Sinabutar (Sidabutar) hanya ada di Silalahi Nabolak tidak ada
ditempat lain. Maka bila ada pihak mengklaim Siraja Parmahan sebagai
anak Silahi Raja dari Tolping atau dari Pangururan, maka pemberian
nama-nama ke-4 anak Siraja Parmahan yaitu Sihaloho, Sinagiro, Sinabang
dan Sinabutar sebagai sanggahan hidup hingga saat ini. Sejak awal dan
hingga saat ini keturunan Siraja Parmahan menyebut marganya Silalahi
apakah karena mengingat huta kelahiran dan asal Opungya Siraja Parmahan
adalah dari Silalahi Nabolak ? Siraja Parmahan dan keturunannya di
Balige begitu juga keturunan Tambun Raja adalah pemilik golat dan tanah
luas (bukan sebatas lumban), memang layak keturunan Silahisabungan pada
generasi ini selalu menjadi pemilik golat dan tanah luas. Pada acara
adat Tampubolon dan Silalahi Siraja Parmahan saling marsiarisan jambar.
Karena kebaikan Tampubolon kepada Siraja Parmahan selaku cucu Sondi Raja
maka hampir semua keturunan abang dan adik Sondi Raja bersapa abang
kepada Tampubolon. Panggilan abang oleh sebagian keturunan
Silahisabungan kepada Tampubolon bukanlah karena hubungan abang-adik
Sibagotnipohan dengan Silahisabungan. Sebab bila hubungan ini yang
menjadi dasar maka bukan hanya Tampubolon tetapi termasuk kepada
keturunan Tuan Somanimbil, Tuan Dibangarna dan Sonak Malela. Maka
mengkaitkan-kaitkan tarombo dengan fakta dan bukti bertolak belakang
jadi bahan tertawaan dan runyam buat sendiri. Rute perjalanan kepergian
Silahisabungan adalah Lumbangorat- Balige, Bakara, Siogungogung-
Pangururan, Aek Rangat, Tulas, Bonandolok, Hasinggan, Dolok Sulusulu,
Dolok Lahi (yang sebut melalui Parbaba dan Paropo pasti dia tidak tau
peta dan tidak pernah ke Silalahi Nabolak dan Paropo dan membuat dongeng
khayal) dan akhirnya memilih Huta Lahi di Silalahi Nabolak. Tujuan
kepergian Silahisabungan adalah mencari tempat nun jauh sejauh Balige
tidak tampak. Bukan mencari wanita dan kawin apalagi berketurunan
disuatu tempat dimana Balige masih tampak. Karena kalau Silahisabungan
pernah kawin dan menetap disuatu tempat sebelum ke Silalahi Nabolak,
maka tempat itu harus seluruhnya atau setidaknya sebagian besar menjadi
golat dan tanah milik dan kerajaan keturunan Silasabungan. Kebesaran
Raja Silahisabungan juga diwarisi keturunannya termasuk cara pemilikan
golat/tano. Silalahi Siraja Parmahan di Balige, Tambun Raja di Balige,
Baba Raja Sihaloho di Parbaba dan Tugan Raja Sihaloho di
Simartugan-Sumbul dan di Tukka- Barus, keturunan Sihaloho si Napuran di
Soping menjadi pemilik tanah dan golat luas bukan karena pauseang atau
pemberian karena kedudukan sebagai parboruan, tetapi karena
kehebatan/kemampuan diwarisi dari Raja Silahisabungan. Golat dan tano
serta luas huta Silahisabungan atau Silahi Raja Versi Tolping di Tolping
dan di Pangururan tidak mencerminkan level dan kebesaran Raja
Silahisabungan. Legenda perjalanan Silahisabungan diatas didukung
petunjuk, fakta dan bukti yang dapat dikonfirmasi bukan hanya dengan
intern warga Silahisabungan tetapi juga dengan keturunan Sibagotnipohan,
Sipaetua dan terutama Sirajaoloan. Maka kalau ada pihak mengklaim ada
yang bernama Silahisabungan kawin disuatu tempat dan makamnya bukan di
Silalahi Nabolak, maka pastilah itu bukan Silahisabungan ayah Loho Raja,
Tungkir Raja, Sondi Raja, Dabutar Raja, Dabariba Raja, Debang Raja,
Batu Raja dan Tambun Raja. Demikian juga halnya bila ada yang mengklaim
ada yang bernama Silahisabungan istrinya 3 (tiga) orang, anaknya 9
(sembilan) orang dan belakangan muncul sebutan borunya 2 (dua) maka
Silahisabungan tersebut juga pastilah bukan Silahisabungan ayah Loho
Raja, Tungkir Raja, Sondi Raja, Dabutar Raja, Dabariba Raja, Debang
Raja, Batu Raja dan Tambun Raja. Raja Silahisabungan Seorang Kesatria
Bukan Pengecut Semua keturunan Raja Silahisabungan begitu juga keturunan
Raja Mangarerak mengakui anak bayi Tambun Raja yang lahir dari anak
perempuan Raja Mangarerak yang bernama Simelengeleng boru Mangarerak
dibawa pergi oleh Raja Silahisabungan dari Sibisa adalah seorang bayi
baru lahir dan masih menyusui. Demikianlah Raja Silahisabungan karena
sayangnya kepada anak dagingnya kandung (porlu bilangan jolma do Raja
Silahisabungan) membawa serta si bayi ke hutanya Silalahi Nabolak (ke
Tolping versi Tolping). Masih versi Tolping (tidak masalah) si Tambun
Raja disusui dan dibesarkan oleh Pintahaomasan, dan setelah remaja dia
ikut serta dengan ayahnya Raja Silahisabungan ke Silalahi Nabolak. Mari
kita iyakan juga (versi Tolping) si Tambun Raja dibawa Raja
Silahisabungan ke Silalahi Nabolak setelah remaja. Itulah juga bukti
karena demikian sayangnya Raja Silahisabungan dan harus punya hak
sebagai anak maka si Tambun Raja dibawa ke Silalahi Nabolak dan
dipertemukan dengan istrinya Pinggan Matio serta kepada ke-7 anaknya dan
kepada anak perempuannya Deang Namora. Bila yang kita bicarakan adalah
Raja Silahisabungan yang sama, dan bila benar sudah ada anaknya Silahi
Raja dan istrinya Pintahaomasan di Tolping mengapa tidak pernah dia bawa
ke Silalahi Nabolak supaya mendapat hak dan pengakuan selaku anak sama
seperti si Tambun Raja dan mengapa Silahi Raja tidak pernah mau ikut
bapaknya ke Silalahi Nabolak sama seperti si Tambun Raja ? Atau
sebaliknya mengapa Raja Silahisabungan tidak membawa anak-anaknya dan
istrinya yang di Silalahi Nabolak berkunjung dan bertemu langsung dengan
Pintahaomasan dan Silahi Raja (bila ada) di Tolping. Dari dua hal
dijelaskan diatas, apakah seorang Raja Silahisabungan yang sama
berkenaan dengan si Tambun Raja adalah seorang Kesatria, tapi sebaliknya
apakah ada yang mengiyakan sekaligus Raja Silahisabungan yang sama
menjadi seorang Pengecut berkaitan dengan Silahi Raja dan Pintahaomasan
(bila benar sudah ada) di Tolping selain Pinggan Matio dan ke7 anaknya
di Silalahi Nabolak ? Kalau tulisan Abdullah Silalahi,SH dan kawan-2
perorangan lainnya (Versi Tolping) mereka terima dan pertahankan sebagai
salah satu argumentasi, maaf maka mereka sendirilah yang memposisikan
Pintahaomasan dan Silahi Raja sebagai istri dan anak aib . Dalam tulisan
khayal Abdullah Silalahi,SH dijelaskan lagi bahwa Raja Silahisabungan
memberitahukan Silahi Raja di Tolping kepada istri dan anaknya di
Silalahi Nabolak. Kembali kita iyakan saja tulisan Abdullah Silalahi,SH
ini dan katakanlah Loho Raja dan keturunanya berkepentingan menolak ada
anak sulung lain selain Loho Raja. Tapi apakah mulai dari Tungkir Raja
sampai Batu Raja dan keturunannya melakukan pembohongan meniadakan
Silahi Raja bila benar anak sulung Raja Silahisabungan. Kemampuan dan
pengaruh apa yang dimiliki Loho Raja dan keturunannya membungkam ke-6
adiknya dan keturunannya ? Serta untuk mamfaat apa ke-6 adik Loho Raja
dan keturunannya menyangkal (bila benar) Silahi Raja sebagai anak Raja
Silahisabungan. Bukan menjadi aib baik bagi Raja Silahisabungan dan bagi
ke-7 anaknya dan borunya Deang Namora bila benar Silahi Raja adalah
anak Raja Silahisabungan, hagabeon do sitorop partubu. Buktinya si
Tambun Raja walau lahir dari istri upa hadatuon malah melegenda dan
menjadi kebanggaan hingga sekarang, apalagi bila benar Silahi Raja anak
sulung (siboan goar). Siapa menerima pendapat dan bahasan yang
berlangsung selama ini berarti ikut memperolok-olok Raja Silahisabungan
pabuni anak Silahi Raja dan istri Pintahaomasan. Masih dalam tulisan
khayal Abdullah Silalahi, SH dan kawan-2 dijelaskan selama si Tambun
Raja di Silalahi Nabolak disebutkan disiksa oleh ke-7 hahadolinya hingga
tangan si Tambun Raja cidera bahkan hampir dibunuh dan yang mengobati
adalah Pintahaomasan. Bila klaim ini adalah cara Silalahi Raja
mendiskreditkan marga turpuk Loho Raja sampai Batu Raja anak Pinggan
Matio sebaliknya menonjolkan “kebaikan” Pintahaomasan dengan maksud dan
tujuan memecah belah hubungan pomparan si Tambun Raja dengan si 7 (pitu)
turpuk disisi lain hendak merangkul pomparan si Tambun Raja seperti
kejadian tahun 1964 di Balige dan berlanjut hingga sekarang ini,
berpulang kepada pomparan si Tambun Raja dan pomparan Silalahi Raja yang
menulis dan yang mendukung penulisan demikian. Hi pomparan Tambun Raja
kenalilah karakter dasar dan perlakuan keturunan si-7 turpuk adakah
mencerminkan seperti klaim Silahi Raja dan person keturunan Tambun Raja
tsb? Dijelaskan lagi oleh Abdullah Silalahi, SH dikarenakan siksaan dan
cidera yang dialami si Tambun Raja dan kepergiannya ke Sibisa, maka Raja
Silahisabungan memutuskan meninggalkan Silalahi Nabolak kemudian tidak
mau kembali dan memilih mati dan dikubur ditanah asing di Pangururan,
perilaku Raja Silahisabungan yang mana ini ? Pangalaho sipinsangon jala
sibursikonon molo mencari pembenaran diri atau kelompok dengan
merendahkan harkat orang lain apalagi menghinakan Raja Silahisabungan.
Benar kasih sayang Raja Silahisabungan kepada si Tambun Raja demikian
besar, tetapi Raja Silahisabungan adalah ayah bagi semua anaknya dan
mengambil keputusan menyingkirkan diri, perilaku seorang Ayah dan
Rajakah? Bila ada pihak membenarkan cerita/ tona Raja Silahisabungan
anak ke-3 Tuan Sorbadibanua mati terbuang dan dikubur di Pangururan,
maka sungguh tidak beradat Silalahi Raja terutama Pintahaomasan
diceritakan demikian sayang dan menumpahkan segala kasih sayang kepada
si Tambun Raja tetapi tidak perduli bahkan mentelantarkan suaminya Raja
Silahisabungan mati ditempat asing. Naibaho anak sulung si Raja Oloan
semestinya mengetahui dan tidak akan membiarkan amangtuanya mati
terlantar ditanah asing atau setidaknya dia antarkan atau beritahukan
kehuta Silalahi Nabolak atau ke Tolping barangkali tidak apalah. Bila
yang bernama Silahisabungan yang mati dan dikubur di Pangururan itu
adalah Raja Silahisabungan seharusnya keturunan Sihaloho Raja sampai
Tambun Raja termasuk Silalahi Raja rap renta memindahkan tulang-
belulang Raja Silahisabungan ke Huta Silalahi Nabolak atau Huta Tambunan
di Balige supaya layak dan sepadan dengan kebesaran nama Raja
Silahisabungan atau tidak apalah ke Lumban Silalahi di Tolping asalkan
jangan berbaur tulang-belulangnya dengan banyak orang lain di Dolok
Paromasan Pangururan. Si Raja Parmahan di Balige mempunyai 4 (empat)
orang anak dinamai Sihaloho, Sinagiro, Sinabang dan Sinabutar. Nama
keempat anak ini adalah nama mangulahi nama keturunan Raja
Silahisabungan yang dia tinggalkan di Silalahi Nabolak yaitu Sihaloho,
Sigiro, Sidebang dan Sidabutar (nama-nama atau marga- marga ini tidak
ada di Tolping atau di Pangururan pada generasi si Raja Parmahan diculik
oleh suruhan Tuan Sihubil). Kemudian marga kesatuan keturunan ke-4 anak
si Raja Parmahan ini Silalahi. Versi Tolping mengklaim bahwa si Raja
Parmahan di Balige adalah si Raja Bunga-Bunga anak bungsu Silahi Raja
yang diculik suruhan Tuan Sihubil. Kalaulah si Raja Parmahan diculik
dari Tolping dan anak Silalahi Raja, mengapa si Raja Parmahan menamai
anaknya dengan nama- nama atau marga-marga yang ada di Silalahi Nabolak
terutama nama Sihaloho. Untuk klaim Silalahi Raja ini lebih tepat
keturunan si Raja Parmahan menyikapi untuk supaya tidak makin tambah
ruwet. Apakah klaim si Raja Parmahan adalah anak Silalahi Raja ataupun
klaim kebaikan Pintahaomasan kepada si Tambun Raja untuk maksud
menciptakan poros/blok Silalahi Raja-si Raja Parmahan-si Tambun Raja
yang dapat semakin memperbesar jurang perpecahan, dipersilahkan semua
pihak terutama pomparan Silalahi Siraja Parmahan dan si Tambun Raja
merenungkannya. Simartaja tempat penggembalaan (parmahanan) di Silalahi
Nabolak hingga saat ini bukti yang tetap ada dan dari tempat inilah 3
(tiga) orang pomparan Raja Silahisabungan diculik suruhan Tuan Sihubil
yaitu cucu Loho Raja bernama Hatoguan, cucu Sondi Raja bernama si Raja
Parmahan dan cucu Batu Raja yaitu Silonsing anak dari Sigiro. Di
Pangururan sewaktu melewati Tano Ponggol – Pangururan karena dangkal
(masih pea-pea) 2 orang yaitu Hatoguan dan Silonsing melompat dan
melarikan diri dan hanya 1 orang yaitu si Raja Parmahan yang dapat
dibawa ke Balige kemudian dipestakan dan diangkat anak oleh Tuan
Sihubil. Simartaja di Silalahi Nabolak adalah golat bersama Sihaloho,
Ruma Sondi dan Pintu Batu karena terkait sejarah dan fakta bahwa dari
Simartaja lah 3 (tiga) pomparan Raja Silahisabungan diculik suruhan Tuan
Sihubil. Hatoguan dan Silonsing yang lepas di Tano Ponggol-Pangururan
dan melarikan diri, tentu setiap orang ketemu dia akan menanyakan ise ho
dan pomparan ni ise ho (kalau nama yang disebut pasti tidak dikenal
penanya). Maka sudah pasti jawabannya pomparan Silahisabungan. Inikah
awal mereka digoari/bergelar Silahisabungan, biarlah Silahi Raja yang
mencari tau dan menjawab. Kemudian sibergelar Silahisabungan kawin dan
punya anak dan dia namai si Lahi Raja, apakah juga karena sibergelar
Silahisabungan memberi nama anaknya si Lahi karena mengingat dia lahir
di Huta Lahi di Silalahi Nabolak ? Silahkan keturunan Silahi Raja yang
mencari tau dan mencari jawab. Baca diawal tulisan ada yang bernama sama
yaitu si Naborno, si Napuran, Sinagiro, Sinabang, Sinabutar, Sihaloho
tetapi bukan orang yang sama. Walau ada perbedaan intern kita keturunan
Raja Silahisabungan khususnya tarombo, tetapi dapat dipastikan semua
kita mengakui Raja Silahisabungan adalah Raja yang dihormati bukan hanya
oleh keturunannya tetapi juga oleh antara lain Raja Pakpak, Datu Pejel
Sibisa, Si Raja Oloan bahkan setelah meninggal sekalipun makamnya masih
disinggahi oleh Sisingamangaraja XII setiap kali ke Dairi mampir ke
Silalahi Nabolak. Masih dalam sahibul hikayat Abdullah Silalahi,SH dan
orang yang seide disebutkan Raja Silahisabungan karena saking sedihnya
atas kepergian anaknya si Tambun Raja ke Sibisa (bukan meninggal) dan
marahnya kepada 7 (tujuh) anaknya dari istrinya Pinggan Matio (versi
Silalahi Raja) dan juga kekecewaan kepada Silalahi Raja karena
memberitahu rahasia siapa ibu si Tambun Raja memutuskan mengasingkan
diri dan memilih tano hamatean dihuta bukan yang dipungkanya dan bukan
pula huta milik keturunannya. Karena si Raja Oloan adalah adik Raja
Silahisabungan maka secara umur si Raja Oloan masih hidup pada saat Raja
Silahisabungan meninggal, mengapa baik Si Raja Oloan maupun Naibaho
membiarkan Raja Silahisabungan seperti orang terbuang/tercampak ?
Kembali jangan karena untuk mensesuaikan kehendak harus membuat pihak
lain tidak beradat. Paromasan umumnya di Samosir dimiliki oleh
masing-masing marga dan arti Paromasan adalah tempat tulang-belulang
masyarakat umum yang digali dari kuburan sekitar perkampungan. Bila
benar tulang- belulang Raja Silahisabungan ayah Loho Raja sampai Tambun
Raja berbaur dengan tulang-belulang lainnya hingga sekarang, malulah dan
bertindaklah, jangan bicara hebat pomparan Raja Silahisabungan !!!.
Panjouan Pesta Adat Perkawinan Silalahi Raja. Pada suatu pesta adat
perkawinan yang diselenggarakan Silalahi Raja di Jakarta, panjouon
disebutkan hita Pomparan Raja Silahisabungan Silalahi Raja, anggi doli
Tambun Raja dan hahadoli Tampubolon. Untuk patorop parhundul atau kawan
bukan hal yang tidak baik, tetapi seperti diketahui namarpadan dengan
Tampubolon adalah si Raja Parmahan cucu Sondi Raja dan memang pada
umumnya marga Tampubolon (bawa atau boru) langsung respect asal marga
keturunan Raja Silahisabungan tanpa kecuali. Karena demikian sayangnya
pomparan Tampubolon kepada si Raja Parmahan dan respect kepada
marga-marga si 7 (pitu) turpuk, maka sebaliknya marga-marga keturunan
si-7 turpuk respect juga kepada Tampubolon. Respect dimaksud adalah
dalam pergaulan sehari-hari tidak termasuk pelaksanaan adat, karena
tidaklah otomatis padan si Raja Parmahan sebagai pahompu menjadi padan
bagi marga opungnya si-7 turpuk apalagi Tambun Raja tidak menganggap.
Sebagian pomparan Tambun Raja mengatakan tidak mengetahui ada marga
Sihaloho sampai Batu Raja tetapi hanya mengetahui marga Silalahi. Terus
terang sedih perasaan mendengarkan pandohan seperti ini dan mohon
direnungkan dan dibaca kalimat dalam Poda Sagu-Sagu Marlangan “hamu na
pitu” atau apakah ini diingkari seluruh keturunan Tambun Raja silahkan
!? Bahwa sebagian pomparan Tambun Raja sejalan dengan Silalahi Raja
berseberangan dengan si-7 turpuk ada sebab yaitu kejadian tahun 1964 di
Balige. Bahkan karena adanya klaim Tambun Raja pula sehingga sebagian
pomparan Tambun Raja tidak setuju pembangunan makam/ tugu Silahisabungan
di Silalahi Nabolak dan peresmian di tahun 1981. Sekitar pemakaian
marga Silalahi oleh banyak keturunan si-7 turpuk bukan terinspirasi oleh
karena kemajuan keturunan Silahi Raja tetap terinspirasi oleh karena
kemajuan pendidikan dan sosial-ekonomi keturunan Silalahi Siraja
Parmahan (Balige) misal Oloan Silalahi (Pilot, pada tahun 60-an kapal
ampibinya sampai ke Tao Silalahi), Tuan Ambolas Silalahi dan lainnya.
Juga kebiasan penyebutan oleh keturunan Tambun Raja angka naung maju
kepada siapapun keturunan si-7 turpuk hamu hahadoli Silalahi (pada zaman
itu nangpe anggidoli alai ala nabongak gabe tarihut do pandokna) juga
karena keterbiasaan interaksi sosial dan adat di Balige adalah hanya
antara Tambunan dengan Silalahi marsiarisan, marsolin-solin. Tidak
diketahui secara akurat apakah keturunan Siraja Parmahan yang lebih dulu
memakai marga Silalahi atau keturunan Silahi Raja Tolping ? Siapapun
diantara Silahi Raja atau Siraja Parmahan yang pertama menggunakan marga
Silalahi, huta Silalahi Nabolak bukan dihuni dan bukan pula asal
langsung keturunan Silahi Raja Tolping. Luas golat dan Silalahi Nabolak
pasti tidak sebanding dengan Lumban Silalahi di Tolping dan juga di
Pangururan. Tapi keturunan Siraja Parmahan memakai marga kesatuan
Silalahi bukan terinspirasi keturunan Silahi Raja Tolping, sebab secara
sosial ekonomi adalah keturunan Siraja Parmahan Balige lebih dulu maju
daripada keturunan Silahi Raja Tolping. Secara konkrit apa alasan
pemakaian marga Silalahi tanyakan langsung misal kepada antara lain
mantan Dubes Odjahan Silalahi, SH, Drs. Adian Silalahi, Mayjen (Purn)
Haposan Silalahi, Maruahal Silalahi,SH, Djohani Silalahi,SH dan banyak
lagi dalam dokumen resminya memang marga Silalahi tetapi bukan
terinspirasi untuk ikutan dan oleh karena Silahi Raja (Silalahi Raja).
Juga misal S.Silalahi, MA alm berganti marga dari Sihaloho menjadi
Silalahi adalah oleh Gurunya marga Silalahi Siraja Parmahan sewaktu
sekolah di Balige yang langsung membuat izajahnya marga Silalahi. PODA
SAGU-SAGU MARLANGAN I. Ingkon masihaholongan hamu sama hamu sahat rodi
gomparan muna be. II. Naso tupa dohonan muna naso saama saina hamu na
pitu dohot si Tambun Raja jala ingkon sisada lulu anak sisada lulu boru
do hamu. III. Jala hamu na pitu dohot angka pinomparmu ingkon humolong
rohamu di boru ni anggimuna si Tambun Raja on rodi gomparanna, jala ho
pe Tambun Raja dohot sandok gomparanmu ingkon tong songoni maradophon
boruni angka hahami sahat tu pinomparmu. IV. Na so jadi olion ni
pinomparmu na pitu pomparan ni anggimu si Tambun Raja on, jala naso jadi
olion ni pomparanmu si Tambun Raja pomparan ni haham na pitu on. V. Na
so tupa pukkaonmuna bada manang salisi. Ia adong parbadaon dihamu na
pitu sahat ro di pinomparmu, sandok ingkon anggimuna manang pomparanna
sibahen dame di hamu, mambahen uhum na tingkos jala so boi mardingkan,
jala ingkon oloanmu, jala tung so jadi juaon. Laos songoni dohot ho
Tambun Raja, ia adong parbadaan di pomparanmu sandok ingkon sian
pomparan ni haham na pitu on ma sibahen dame, jala sidabu uhum na
tingkos na so tupa mardingkan, jala na so jadi juaon. VI. Jala molo
adong parbadaan dihamu na naso tupa dohot halak na asing lao pasaehon.
Pamanat hata “na pitu” ise mansoadahon ? ? ?
Saya pikir ulasan ini akan menjadi titik temu ,tapi ternyata ulasan sampah yang nggk jelas ujungnya....oiya saya silalahi raja, jadi supaya singkat ulasan mu itu Lae...alangkah lebih baik kau bikin karangan bebas,begini ceritanya "setelah op silahisabungan meninggal,minta jatalaha sihaloho sama pinggan matio...nah dari jatah itu lahirlah silalahi raja." bereskan !!! Kenapa harus berbelit2...kayak media kafir aja,muter2
BalasHapusOtak kotor.. komentnya pun langsung kotor...
BalasHapusOtak kotor.. komentnya pun langsung kotor...
BalasHapusBiarkan aja yg namanya SILALAHI RAJA itu berkoar koar, krn biasa itu kalo asalnya nggak jelas komentarnyapun nggak jelas
BalasHapus